29 Juni 2008

POLITIK DAN PEMERINTAHAN ARAB SEBELUM ISLAM

Ketika Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tahun 570 M, tak satu pun negara besar di wilayah itu memikirkan Arab. Persia dan Byzantium keduanya disibukkan pertengkaran mereka yang melelahkan, yang berakhir sesat sebelum kematian Nabi Muhammad saw . Keduanya bersemangat untuk mengolah wilayah Arab di selatan jazirah, yang kini disebut Yaman . Kerajaan Arab Selatan agak berbeda dibanding lainnya: bagian ini mendapatkan hujan, sehingga lebih subur dan memiliki kebudayaan yang kuno sekaligus canggi. Namun stepa-stepa Arab yang keras merupakan wilayah liar yang menakutkan , dihuni oleh ras manusia yang masih liar , yang oleh bangsa Yunani disebut “Sarakenoi”, orang-orang yang tinggal di tenda-tenda. Baik Persia maupun Byzantium belum pernah mempertimbangkan untuk menguasai wilayah ini dan tak seorangpun bermimpi bahwa wilayah itu akan melahirkan sebuah agama dunia baru, segera menjadi kekuatan dunia yang besar

Sesungguhnya ,Arab dianggap sebagai daerah tak bertuhan dan tak satu agama pun yang lebih maju dan modern berhasil di daerah itu. Memang ada beberapa suku Yahudi yang diragukan asal-usulnya tinggal di wilayah pertanian Yatsrib(kelak menjadi kota Madinah), Khaibar dan Khandak; namun orang-orang Yahudi ini hampir tak dapat dibedakan dari tetangga Arab mereka yang menyembah berhala, disamping agama mereka memang masih belum sempurna.Di tanah yang telah beradab , banyak suku Arab yang beralih ke Kristen, dan di abad ke – 4 mereka membangun Gereja Syria mereka sendiri. Namun pada umumnya suku Arab Badui di gurun Arabia sangat curiga pada Judaisme dan Kristenitas, meskipun mereka menyadari bahwa agama-agama ini lebih canggih dibanding agama mereka .Mereka tahu bahwa negara-negara besar seperti Persia dan Byzantium telah siap menggunakan agama mereka sebagai alat kontrol imperialisme. Ini sangat tampak di Kerajaan Arab Selatan , yang telah kehilangan kemerdekaannya di tahun 570 , tahun kelahiran Nabi Muhammad saw. Kerajaan Kristen Byzantium telah menjadikan Abyssinia, Ethiopia modern, sebagai rekan ketika mereka beralih ke suatu bentuk Kristen yang disebut Monophysitisme (sifat Ketuhanan) . Byzantium tidak lagi menerapkan ajaran itu di negara sendiri , tetapi senang menggunakannnya untuk melanjutkan ambisi imperialisnya ke luar negeri. Dengan berafiliasi dengan Abyssinia, Byzantium mendorong pemimpinnya, Negus, untuk memasuki Yaman dan menjadikan negara itu di bawah perintah kerajaan Konstantinopel. Bukannya berdiri di kaki mereka sendiri , suku-suku Arab Selatan memohon pada Persia untuk menolong mereka melawan ancaman Abyssinia, dan orang-orang Persia menyambut permohonan ini dengan gembira. Bangsa Persia juga menggunakan agama sebagai senjata ideologi dalam perjuangan kerajaan. Mereka lebih cenderung pada Judaisme dari pada Kristen Byzantium.

Tahun 510 Yusuf As’ai, Raja Arab Selatan, beralih ke Judaisme dan dikenal sebagai Dzu Nawas. Namun tawaran akan perlindungan Persia ini gagal ketika kerajaan Yahudi itu jatuh ke Abyssinia di tahun 525 : rajanya yang muda dan tampan, dikatakan, telah menunggang kudanya menuju laut dengan putus asa, sampai kuda dan penungganngnya hilang ditelan ombak . Arab Selatan menjadi Provinsi Abyssinia dan rakyatnya terus menerus memohon pertolongan Persia. Akhirnya Raja Khusrun menyerbu wilayah itu tahun 570 dan Kerajaan Arab Selatan menjadi koloni Persia. Kali ini , ajaran Kristen Nestorianisme(yang percaya bahwa Kristus memiliki dua sifat, manusia dan Tuhan, yang juga disukai oleh Persia) menjadi agama Resmi. Orang Arab Badui di wilayah Hijaz dan Najd sangat bangga akan tetangga-tetangga Arab mereka di selatan dan melihat kejatuhan mereka sebagi sebuah malapetaka . Tak terhindarkan, Judaisme dan Kristenitas menjadi sasaran kecurigaan.

Ketidak percayaan mereka pada dua agama terdahulu ini dilipatgandakan oleh peristiwa-peristiwa di utara, di mana dua kekuatan besar itu berambisi mengamankan batas wilayah dari serangan satu sama lain dan dari bangsa Saracen yang liar, yang secara periodik menyerbu tanah yang sudah mapan ini selama bertahun-tahun , terutama di musim kering. Keduanya memanfaatkan suku-suku Arab di utara, yang telah beralih ke suatu bentuk Kristenitas , Byzantium telah mendorong suku-suku Arab di wilayah perbatasan untuk beralih ke keimanan yang benar dengan membangun biara-biara dan pusat-pusat pemujaan di sana. Akhirnya suku Ghassan, yang bernaung diperbatasan Byzantium pada musim dingin, beralih ke Kristen Monophysite dan menjadi sekutu Byzantium.. Mereka membangun perkemahan musim dingin di selatan di luar Rusafa di Sergiopolis, yang memiliki ruang megah bagi ketua mereka dalam gaya Byzantium, yang puing-puingnya masih dapat dilihat sekarang. Dinasti Ghassan membentuk Buffer state(negara kecil di antara dua negara besar bermusuhan) Byzantin, yang akan mempertahankan kerajaan Kristen dari kerajaan Zaoroaster Persia. Namun Persia berhasil membalas. Suku Arab Lachmid dari Syria timur menjadi Nestorian , kepercayaan yang juga disukai bangsa Arab di wilayah Mesopotamia di Kerajaan Persia. Dinasti Sassanid menunjuk pemimpin-pemimpin Arab Lachmid dari sebuah buffer state untuk menjaga batas negara mereka sendiri, dengan pusatnya di Hira.(Amstrong ; 2001 : 57)

Kondisi Politik sebelum muncul Pemerintahan Arab Jahiliyah

Politik Negara Persia

Negara Persia pada saat muncul dan berkembangnya negara Quraisy hingga berdiri di Yatsrib di tangan Muhammad saw. Menghadapi berbagai dilemma, baik di dalam maupun di luar, dari tetangganya, khususnya kekaisaran Byzantium. Mengamati kondisi kekaisaran tersebut, pada saat itu , dapat dipastikan bahwa gaunnya mulai meredup. Pertama kali yang harus diperhatikan dalam konteks ini adalah cepatnya pergantian raja dari tahta singgasana sehingga hanya ada sedikit raja yang masyhur. Sebagian mereka hanya menduduki tahta beberapa minggu saja, bahkan beberapa hari. Salah satu dari mereka - atau dua dari mereka- dibunuh saat duduk dia atas kursi singgasananya. Pembunuhan dan pencongkelan mata merupakan cara memperoleh tahta bagi sebagian mereka . Sampai-sampai seseorang di antara mereka membunuh ayahnya dan beberapa saudaranya untuk dapat berkuasa.(Karim ;2002 : 186).

Imam Ath-Thabari mendeskripsikan raja-raja Persia:” Kaisar Abrueiz adalah seorang Kaisar yang zalim dan bejat. Kekuasaannya sampai Konstantinopel dan Afrika. Pada musim dingin, Ia bertempat tinggal di kota Madain , sedangkan pada musim panas ia bertempat tinggal di sebuah tempat yang terletak di antara kota Madain dan kota Hamadzan. Ia mempunyai 12.000 gundik. Atau menurut riwayat lain 3000. gundik untuk pemuas nafsu seksualnya. Sisanya dimanfaatkan sebagai pelayan, penyanyi, dan lain sebagainya. Ia memandang hina semua manusia dan menganggap mereka bodoh. Ia juga berbuat zalim kepada anak-anaknya. Kekuasaannya berlangsung selama 32 tahun plus beberapa bulan. Ia dibunuh oleh rakyat melalui bantuan anaknya, Cheirueh yang telah membunuh 17 saudaranya. Pada zamannya, penyakit thoun merajalela. Kekuasaan yang dipegang Cheirueh hanya berlangsung 8 bulan. Kemudian ia digantikan oleh anaknya , Ardcheir atas perintah Cheher Abrueiz. Ia hanya berkuasa selama satu tahun enam bulan. Kemudian Cheher Abrueiz memegang tampuk kekuasaan , tetapi ia bukan berasal dari keluarga kerajaan. Lalu ia dibunuh. Ia menduduki singgasana hanya 40 hari. Kemudian tampuk kepemimpinan dipegang oleh Bouran, puteri Kaisar Abrueiz bin Hermes bin Kaisar Anu Chrouan. Ia menduduki singgasana selama 1 tahun 4 bulan. Setelah itu , singgasana dipegang oleh seorang laki-laki yang bernama Jassandah dari keturunan Abrueiz. Kekuasaannya kurang dari satu bulan . Kemudian tampuk kepemimpinan dipegang oleh Azer Meidkhot, puteri Kisar Abrueiz, ia dibunuh oleh Rustam dengan mencongkel kedua matanya. Ia hanya berkuasa selama 6 bulan. Kemudian Kaisar bin Meher Jechansa naik tahta, dan beberapa hari kemudian ia dibunuh. Lalu Khurdzad Khusrowan, putera Abrueiz. Kemudian Phiroz bin Meher Jechansa yang dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ia adalah raja yang berkuasa langsung setelah Azer Meidkhot, puteri Kaisar Abrueiz. Ia berkuasa hanya beberapa saat. Lalu Farkhzad naik tahta, tetapi hanya 6 bulan. Kemudian Yazdazir bin Chehreyar bin Kaisar. Di tangannyalah pemerintahan Persia menjadi mundur sehingga musuh-musuhnya menyerang dari berbagai penjuru, dan negaranya jatuh ke tangan mereka. Dua tahun kemudian orang Arab pun menyerang negara itu.(Karim ; 2002 : 188).

Berbeda dengan lainnya, Abu Hanifah ad Dainuri – dari Ath –Thabari- berusaha menggabungkan antara sejarah raja-raja kerajaan non Arab (ajam) dan sejarah Nabi Muhammad Saw. Seorang pendiri negara di Yatsrib, yaitu bahwa “Rasulullah dilahirkan pada masa akhir Raja Anu Chrouan. Kemudian beliau berdiam di Makkah sampai diutus menjadi nabi . Di Makkah beliau mendapati Raja Anu Choruan selama 7 tahun dan Raja Hermez bin Kaisar Anu Chrouan selama 19 tahun. Beliau diutus menjadi rasul setelah Kaisar Abroeiz menjadi raja selama 16 tahun, kemudian belaiau berhijrah ke Madinah setelah Abroeiz naik tahta selama 29 tahun. Kemudian beliau menetap di Madinah selama 10 tahun , bertepatan dengan matinya Kaisar Abroeiz. Beliau meninggal dunia pada usia 63 tahun”( Karim ; 2002 : 189 ).

Berdasarkan pemaparan dan riwayat ad Dainuri, Rasulullah Saw. Mendapati masa Kaisar Anu Chrouan Hermez dan Abroeiz yang dicatat oleh para sejarawan bahwa Raja Anu Chrouan adalah seorang raja yang paling baik kelakuannya jika diukur dengan standar yang berlaku pada masa itu , yang telah ditetapkan oleh para sejarawan- ia adalah raja yang menjalankan urusan kerajaannya dengan baik. Tetapi Kemudian keruntuhan mulai melanda pada masa puteranya, Hermezad. “ Ketika kekuasaannya berusaha 11 tahun, musuh-musuhnya menyerang dari segala penjuru. Mereka mengepungnya dalam kesendirian bagaikan gabungan dua busur panah. Dari arah Timur ia menghadapi Raja Syahansyah at Turki yang menekan sampai ke kota Heart dan mengusir para pembantu Hermez. Dari Barat ia menghadapi Raja Romawi hingga merebut dua wilayah untuk mengembalikan wilayah Amed dan Meya. Adapun dari arah Armenia, Raja Caspia menekan sampai ke negeri Adzribaijan. Maka terjadilah peperangan di sana.”(ad- Dainuri ; 1960 : 79).

Pada masa Kaisar Hermez, keadaan semakin memburuk hingga para tokoh terpandang dan mulia serta para pemimpin berkonsultasi dengannya. “ Mereka menghadap kepada Raja Hermez, menyembahnya di depan singgasana, kemudian mereka membawa mahkota kepala , sabuk pinggang , dan pedangnya. Lalu mereka disuruh menghadap Raja Abrueiz, padahal ia berada di Adzribaijan.”(ad Dainuri : 1960 : 84). Akhairnya , ia dibunuh karena kezalimannya, sebab ia telah membunuh orang-orang terpandang non Arab dan keturunannya, sebagaimana dirinya juga seorang Muwallad karena ibunya berasal dari Turki, bukan keterunan Persia asli. Setelah itu Raja Abrueiz berkuasa yang oleh Ath Thabari digambarkan sebagai seorang raja yang zalim dan bejat. Ia mempunyai 12000 gundik , 3000 di antaranya sebagai pemuas seksualnya. Lebih dari itu , Brigadir Sir Peirc Cakecca menegaskan bahwa ia mengawini seorang gadis yang beragama Masehi berwajah cantik , yang bernama Cherin, sedangkan ia sendiri cenderung kepada agama Nasrani. ( Karim 2002 : 190 ).

Politik Kerajaan Byzantium

Romania-Byzantium adalah sebuah kerajaan yang lain, ketika negara Quraisy mulai berkembang kuat di Yatsrib, yang menghadapi kesulitan-kesulitan serius yang berbeda namun dalam beberapa hal memiliki kemiripan dengan kesulitan yang dihadapi oleh kerajaan Persia. Problem utama yang tampak jika dibandingkan dengan lawannya, kerajaan Persia, adalah apa yang mungkin dapat kami sebut dengan problem agama atau akidah.

Perbedaan pemeluk agama dan terpecahnya mereka ke dalam beberapa golongan atau kelompok mengantarkan mereka pada pertengahan berdarah. Suatu hal yang lazim dan biasa dalam sejarah tiga agama – Ibrahimiyah, mulai agama Yahudi , berpindah ke agama Masehi, dan kemudian agama Islam . Inilah yang ditegaskan oleh Rasulullah Saw . setelah mempelajari kondisi kedua agama terdahulu-Yahudi dan Nasrani- dan karena adanya kesamaan antara ketiga agama tersebut; bahwa dihari kemudian para pengikut agama Islam akan pecah menjadi 73 golongan , sebagaimana pengikut agama Nasranai pecah menjadi 72 golongan, dan pengikut agama Yahudi pecah menjadi 71 golongan . Hal itu termaktub dalam hadits beliau yang sudah masyhur. Sebab-sebab terpecahnya orang mukmin yang memeluk satu agama , sehingga melampaui batas saling membunuh.

Agama Yahudi menyebar mulai dari Palestina sampai ke Roma , ibu kota Imperium. Agama itu mulanya tersebar di kalangan masyarakat – sebagaimana lazimnya setiap agama – kemudian berkembang di kalangan para penguasa. Sekilas , melihat lingkungan rakyat Imperium sangat berbeda dengan kondisi yang melingkupi lahirnya agama Masehi. Sebagian rakyatnya bergelut dengan dua kebudayaan, Yunani dan Latin. Yang jelas para pemeluk agama Masehi, khusus nya dikalangan terpelajar, memiliki pandangan yang filosofis. Dari sinilah muncul kajian tentang masalah ketuhanan (teologis) yang sangat kompleks, misalnya saja :

Apakah al Masih memiliki satu tabiat, yaitu tabiat ketuhanan atau dua tabiat, yaitu tabiat ketuhanan dan tabiat kemanusiaan ? Apakah ia mempunyai satu kehendak atau dua kehendak? Apakah ia memiliki satu kemampuan atau dua kemampuan? Apakah ia sama esensinya atau tidak? Lalu apakah Sayidah Maryam dapat kita katakana sebagai “ Ibu Tuhan” {Umm al Ilah)? Jika hal itu dibolehkan , apakah dalam sifat keibuannya mengandung satu tabiat, yaitu tabiat kemanusiaan atau dua tabiat, tabiat ketuhanan dan kemanusiaan ?.

Itulah persoalan-persoalan filosofis sebagaimana dilihat oleh para pembaca. Kita semua mengetahui bahwa wilayah bagian Timur dari Imperium Romania adalah berkebudayaan Yunani (Greek). Keistimewaan yang dimilikinya adalah filsafat . Terlebih lagi, “bahwa rakyat Byzantium sangat memegangi cerita-cerita khurafat dan mitos-mitos, mereka semua suka berdebat dan berdiskusi dalam masalah-masalah keagamaan, bahkan hal itu menjadi watak dan tabiat yang tidak bisa dipisahkan dari diri mereka “.(Fahmi ; t.t. : 24 ).

Perbedaan tentang al Masih apakah ia mempunyai satu tabiat atau dua tabiat merupakan persoalan yang sangat serius, sampai gereja agama Masehi pecah menjadi dua , pada tahun 45 M , dan pengikutnya terpecah menjadi kelompok Katholik(mereka yang meyakini adanya dua tabiat). Dan kelompok Ortodoks (mereka meyakini adanya satu tabiat).”Kemudian diikuti oleh orang-orang Suryani yang menamakan dirinya sebagai pengikut Ya’aqibah di kemudian hari”, (Subhi ; t.t. : 219). Kemudian berkembanglah beberapa aliran, seperti Isnasiyah, Aryusiyah (Arios) Balajiyusiyah(Balajios), Nesturiyah(Nestorius), dan Donatiyah. Banyak tokoh Byzantium yang berasal dari kalangan orang meyakini adanya dua tabiat. Mereka banyak ditentang , khususnya oleh orang Canesta-Iskandariyah dan Antioch (Antokia). Dan mungkin dapat dikatakan bahwa rakyat di wilayah Timur (Syam dan Mesir) menganut Mazhab atau berkeyakinan akan adanya satu tabiat dalam diri al –Masih.

Tokoh-tokoh kerajaan Romania Timur mulai menampakkan rasa fanatisme nya yang tinggi, yang dikobarkan oleh para komandan pasukan yang bergerak di dalam wilayahnya. Mereka memerangi orang-orang yang menyakini adanya satu tabiat, hingga mereka dijuluki dengan Heretic (al-Hirathiqah). Sesungguhnya “ pada abad ke-5 M tidak ada masalah yang dapat memicu perdebatan, seperti masalah satu tabiat atau dua tabiat dalam diri al-Masih yang diperdebatkan, atau masalah tabiat yang mungkin dapat diungkapkan dengan menggabungkan dua tabiat secara tepat”.(Ficher ; 1976 : 56 ).

Pada masa Ansatonius ( 492 – 518 M) suasana relatif tenang, tetapi ketika pemerintahan berpindah tangan ke Raja Justinianus I (518 – 527 M) tekanan-tekanan semakin dahsyat karena ia memberi perintah untuk menutup gereja di Mesir . Rakyat Mesir tidak mendapatkan tempat untuk melakukan shalat. Kemudian secara diam-diam mereka mendirikan dua gereja di sebuah tempat yang dikenal dengan nama Soare, yaitu di sebelah barat Iskandariah. Lebih jauh lagi Justinianus menekan rakyat Mesir dan memaksa mereka untuk menerima madzhab yang mengakui adanya dua tabiat dalam diri al Masih. Pada masa itu banyak korban berjatuhan , orang–orang yang menolak akidah (madzhabnya) di bunuh “. (Subhi ; t.t : 224).

Justinian adalah salah seorang tokoh yang menolak tekanan orang-orang yang bermadzhab adanya satu tabiat dalam diri al Masih.Mereka adalah penganut madzhab Homosios(madzhab yang mengakui adanya satu tabiat dalam diri al Masih). Meskipun ia berusaha memadukan antara kedua madzhab dan dalam waktu tertentu berusaha berdamai dengan musuhnya, tetapi usahanya itu sia-sia bagaikan diterpa angin. Kemudian ia kembali menekan mereka dengan berbagai cara , diantaranya dengan membakar kitab-kitab mereka , memotong tangan para penulisnya, dan mengusir para pendeta, uskup, dan tokoh agamanya. “ Justinian tidak takut sedikitpun akan kecaman dari kelompok pengikut agama Masehi yang tidak menganut Madzhab pemerintahan yang resmi; karena sebenarnya” mereka tidak berhak kecuali kehinaan” menurut istilah yang diucapkan. Terlebih lagi, ia (Justinian) menjadikan madzhab Khalcedoni sebagai syarat utama bagi orang yang turut bekerja dalam pemerintahan. Oleh sebab itulah , bagi para pengikut madzhab pemerintah diberi keistimewaan dibanding dengan kelompok yang lain. Perundang-undangan ini diberlakukan secara keras” (Asy-Syair ; t.t. : 142 )

Pemerintahan Arab Sebelum Islam

Menurut pemahaman dalam perkembangan Arab Sebelum Islam bahwa satu kerajaan terdiri dari beberapa gedung dan rumah tempat tinggal,yang kesemuanya dimiliki oleh seorang Syeikh atau Amir. Di dalam gedung dan rumah itu , bentuk dan susunanya disesuaikan perkembangan zaman itu pula . Berhala persembahan dan pemunjaan kesemuanya di agungkan kepada yang memilikinya. Pengaruh kepala suku dan sanak pamili berkembang biak, sampai kepada golongan kecil yang lainpun mendekat kepadanya. Dari pengaruh tersebut timbul satu kerajaan yang berangsur-ansur besar . Kerajaan yang mula-mula muncul adalah Mu’niyah, Sabaiyah dan Himyariyah. Kerajaan-kerajaan itu lebih banyak mengatur masalah perniagaan, sedangkan pemerintahannya langsung diatur dari negeri Yaman. Yang menjadi raja, perintahnya tidak dapat disanggah,dia bersemayang dalam gedung atau istana di Ma’rib.Raja-raja itu sedikit sekali memperhatikan serdadunya,karena jarang terjadi peperangan,hanya menghalau serangan dari luar, melindungi kabilah dalam perjalanan, membangun dan membina rumah-rumah, memperluas jalan raya, dan paling penting memperhatikan bendungan , bilamana ada kebocoran.

Kekuasaan raja turun-temurun kepada anak dan cucunya, jika tidak ada anak diturunkan kepada saudaranya. Hanya ada perbedaan di Hadramaut seperti disebutkan oleh Straben “Adapun raja di negeri itu , tidaklah dipindahkan dari ayah kepada anak atau seorang kerabat , tetapi kepada anak laki-laki pertama yang dilahirkan dari seseorang yang agung yang ikut memerintah dibawah kuasa raja pada masa itu. Caranya ,ialah bilamana raja telah bermaksud hendak mencari penggantinya, maka dipersembahkanlah nama-nama isteri orang-orang yang agung yang telah hamil . Setelah itu dijaga benar-benar, siapakah lebih dahulu melahirkan anak . Setelah anak itu lahir , jika perempuan tidaklah menjadi urusan pemerintah, akan tetapi jika laki-laki , maka itu harus diasuh dan dipelihara baik-baik, dialah yang ditentukan akan menjadi pengganti raja”.(Hamka;1975 : 95).

Raja-raja itu memiliki gelar kebesaran seperti Basta, dan Rayyam pada kerajaan Mu’niyah; Yabiin, Yauf dan Watar pada kerajaan Sabaiyah. Bangsa Arab Yaman pernah mempunyai uang sendiri, yang didalam uang itu diukirkan gambar raja dan namanya, nama negeri tempat uang dicap. Dihiasi beberapa tanda-tanda yang melukiskan politik atau masyarakat pada masa itu ; seperti gambar burung unta , burung elang, kepala Banteng menjadi symbol pertanian dan bercocok tanam. Demikian juga bulan Sabit , yang menjadi symbol agama yang paling tinggi.

Kerajaan Mu’niyah

Para Ahli sejarah (Muller, Glazar dan Winckler) berpendapat : Bahwa kerajaan Mu’niyah lebih tua dari kerajaan Sabaiyah , jarak tahun antara kedua kerajaan itu kurang lebih 500 tahun . Yang menguatkan pendapat ini di zaman sekarang adalah sejarawan Martin , Hartman dan Edward Meyer. Hardtman mengakui bahwa Mu’niyah lebih dahulu dari Sabaiyah, tetapi kalau hanya melihat kepada bekas yang ada sekarang ini , masa keduanya bersamaan, sesudah itu baru datang kerajaan Himyar (Hamka ; 1975 : 69). Kerajaan Mu’niyah terletak pada tanah yang subur , banyak rimba belukarnya. Nama-nama rajanya pun dapat dikenal melalui surat-surat dari batu, sebanyak 26 orang. Setiap raja mempunyai gelar kebesaran seperti; “yang gagah”.”yang perkasa “,”johan pahlawan”.

Meskipun banyak peninggalan yang menunjukkan adanya kerajaan Mu’niyah , akan tetapi tidak ada peninggalan kapan muncul dan kapan jatuhnya kerajaan ini.

Bahasa Mu’niyah itu hampir sama dengan bahasa Sabaiyah, hurufnya boleh dikatakan satu saja , Cuma yang berbeda tentang dhamir untuk menunjukkan seorang laki-laki yang ghaib (dia) (orang ketiga) di dalam bahasa Mu’niyah disebut huruf Sin, padahal di dalam bahasa Saba, Babeil, dan Habasyi, dan seluruh bangsa Sam, ialah huruf Haa atau Huwa yang sampai sekarang terpakai di dalam bahasa Arab.

Bekas-bekas peninggalan lama itu menunjukkan pula bahwa kerajaan Mu’niyah bukanlah kerajaan penakluk , kerajaan yang suka berperang, tetapi kerajaan yang suka berniaga dengan negeri-negeri lain.

Kerajaan Sabaiyah

Arab Saba telah mendirikan satu kerajaan besar di Yaman pada abad ke –8 SM (sebelum Nabi Isa as) ini tercantum pada surat-surat batu bangsa Asyur. Dari peninggalan-peninggalan itu muncul perhatian orang hendak mencocokkan yang terdapat dalam alquran tentang Ratu Balqis dengan ilmu pengetahuan modern sekarang. Tetapi sayang, belumlah dapat diketahui dengan pasti, dalam abad ke berapa permulaan riwayat kerajaan saba, sebab masih banyak batu bersurat yang belum dapat dikeluarkan dari perut bumi.

Peneliti sejarah Glazer yang membuktikan akhir kerajaan Saba, yaitu pada abad ke-8 sebelum Nabi Isa as. Merujuk kepada dongen-dongen kuno yang terdapat dari batu-batu bersurat, bahwa seorang raja Saba bernama Itti Amara membayar upeti kepada raja Rum yang bernama Sargon II antara tahun 721 – 705 SM. Raja-raja Saba yang memerintah sebanyak 27 orang . 15 bergelar Mukrib dan 12 bergelar Malik (Raja). Dari penyelidikan itu ternyata asal mula kerajaan itu hanya kecil yang dipimpin oleh satu Amir atau kepala agama, kemudian menjadi satu kerajaan besar yang luas kuasanya.

Kerajaan Sabaiyah melalui empat zaman , zaman pertama raja-rajanya bergelar Mukrib Saba. Zaman kedua , bergelar Malik Saba. Zaman ketiga bergelar “Malik Saba dan Raidan” di zaman yang keempat bergelar : “ Malik Saba, Raidan, Hadramaut”.

Kerajaan Himyar

Setelah kerajaan Saba itu lemah , maka dia digantikan oleh kerajaan Himyar , yaitu keturunan kedua dari Saba. Dan boleh disebut bahwa Himyar itu Saba kedua.

Kerajaan baru telah memberikan kemudahan dalam perhubungan dari Barat ke Timur. Angkatan Perniagaan di lautan bertambah maju, sehingga armada bangsa Rum dapat lalu lintas di laut Merah. Lantaran itu maka di zaman tersebut kerjaan Himyar termasuk satu kerajaan besar yang masyhur.

Agama Nasrani mulai di bawa ke negeri Himyar pada zaman Kaisar Rum Constantin II (337-361 M) dengan mengirim seorang pendeta penyebar injil bernama Theopilies sampai didirikan sebuah gereja di Yaman. Di zaman raja Anstce (491 – 518 M) pengaruh agama Nasrani sangat mendalam di negeri Himyar, oleh seba itu, hubungan kerajaan Rum dengan kerajaan Himyar sangat erat, terutama mejaga hubungan perniagaan Rum dengan Hindustan melalui laut Merah.

Pada tahun 521 di negeri Himyar terjadi pemberontakan dipimpin oleh rajanya yang bernama Zi Nuas, raja Zi Nuas itu rupanya tidak suka memeluk agama Nasrani, tetapi dipilihnya agama Yahudi . Dengan pemberontakan ini kerajaan Rum sangat ketakutan, dan terjadi pertentangan hebat antara bangsa Habasyi dan bangsa Arab yang telah memeluk agama Nasrani . Lantaran Habasyi dekat dengan Roma , maka Kaisar Rum meminta kepada sahabatnya Negus Habasyi supaya mengirim tentara untuk memadamkan pemberontakan kaum Yahudi itu. Maka dikirimlah balatentara ke Himyar di bawah pimpinan Abraha . Di dalam peperang an yang hebat ZI Nuas dapat dikalahkan , sejak waktu itu Habasyilah yang menguasai negeri Yaman .

Rupanya kekuasaan Habasyi atas tanah Arab itu akhirnya tidaklah menyenang kan hati keturunan Himyar yang lain , sehingga muncul kepala perang bangsa Himyar sendiri ( Sei bin Zi –Jazn) Dia meminta bantuan dari bangsa Parsi pada tahun 570 M untuk mengusir orang-orang Habasyi itu kehendaknya dikabulkan oleh Kisra . Akhirnya Habasya terusir. Saif diakui sebagai raja Himyar, tetapi pengaruh Parsi masih harus tertanam di sana. Setelah Saif berhasil memerdekakan negerinya datanglah orang-orang besar Arab menziarahinya mengucapkan selamat atas kemenangannya. Diantaranya ialah kakek dari Nabi Muhammad SAW . Abdul Muttalib , sejak itu wakil-wakil Iran bergantian memerintah di negeri Yaman sebagai gubernur dari Kisra pada tahun 571 M. Nabi Muhammad SAW dilahirkan.

Setelah nabi Muhammad menjadi Rasul , disampaikanlah seruan ke negeri Yaman oleh utusan Muaz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy’ari . Setelah agama Islam dibawah ke sana , maka berduyun-duyunlah penduduk Yaman itu memeluk agama Islam, sehingga raja-raja wakil (gubernur ) Parsi menetap di sana itupun masuk ke dalam Islam. (Hamka : 1975 : 75 )

Kerajaan Arab Selatan agak berbeda disbanding lainnya, bagian ini mendapatkan hujan, sehingga lebih subur dan memiliki kebudayaan yang kuno sekaligus canggih.

Persia maupun Byzantium belum pernah mempertimbangkan untuk menguasai wilayah ini dan tak seorangpun bermimpi bahwa wilayah itu akan melahirkan sebuah agama dunia baru.

Mengamati kondisi politik Persia adalah cepatnya pergantian raja dari tahta singgasana sehingga hanya ada sedikit raja yang masyhur , sebagian mereka hanya menduduki tahta beberapa minggu saja bahkan beberapa hari. Sala satu dari mereka dibunuh saat dia duduk dia atas kursi singga sananya.

Kaisar Abrueiz adalah seorang kaisar yang zalim dan bejat . Ia mempunyai 12000 gundik. 3000 gundik untuk pemuas nafsu seksualnya , sisanya dimanfaatkan sebagai pelayan penyanyi dan lain sebagainya. Kekuasaannnya berlangsung selama 32 tahun . Dia dibunuh oleh rakyatnya melalui bantuan anaknya.

Pada masa Kaisar Hermez, keadaan semakin memburuk hingga pada tokoh terpandang dan mulia serta para pemimpin berkonsultasi dengannya. Mereka menghadap raja Abrueiz , padahal ia berada di Adzirbaijan. Akhirnya, ia dibunuh karena kezalimannya.

Kita semua mengetahui bahwa wilayah bagian Timur dari Imperium Romania adalah kebudayaan Yunani (Greek) . Keistimewaan yang dimilikinya adalah filsafat.

Rakyat Byzantium sangat memegangi cerita-cerita khurafat dan mitos-mitos, mereka semua suka berdebat dan berdiskusi dalam maslah –masalah keagamaan, bahkan hal itu menjadi watak dan tabiat yang tidak bisa dipisahkan dari diri mereka.

Pada masa Ancatonius ( 492-518 M) suasana relatif tenang , tetapi ketika pemerintahan berpindah tangan ke raja Justinianus I (518 – 527 M) , tekanan-tekanan semakin dahsyat karena ia bemberi perintah untuk menutup gereja di Mesir. Rakyat Mesir tidak mendapatkan tempat untuk melakukan shalat. Kemudian secara diam-diam mereka mendirika dua gereja di sebuah temapt yang dikenal dengan nama Soare yaitu disebelah barat Iskandariyah.

Arab ,sebelum Islam dalam perkembangannya memiliki pemahaman bahwa satu kerajaan terdiri atas beberapa gedung dan rumah tempat tinggal, yang kesemuanya dimiliki oleh seorang Syekh atau Amir. Di dalam gedung dan rumah itu, bentuk dan susunannya disesuaikan perkembangan zaman itu pula.

Kerajaan yang mula-mula muncul adalah Mu’niyah, Sabaiyah, dan Himyariyah. Kerajaan-kerajaan ini lebih banyak mengatur masalah perniagaan , sedangkan pemerintahannya lansung diatur dari negeri Yaman. Kekuasaan raja turun–temurun kepada anak dan cucunya, jika tidak ada anak , diturunkan kepada saudaranya.

Menurut para ahli sejarah (Hartman) berpendapat bahwa Kerajaan Mu’niyah lebih dahulu dari kerajaan Sabaiyah , tetapi kalau hanya melihat bekas-bekas yang ada sekarang ini, masa keduanya bersamaan , sesudah itu baru datang kerajaan Himyar. Raja-raja Mu’niyah sebanyak 26 orang.

Peneliti sejarah Glazer yang membuktikan akhir kerajaan Sabaiyah yaitu pada abad ke-8 sebelum Nabi Isa as. Merujuk kepada dongen-dongen kuno , yang terdapat dari batu-batu bersurat, bahwa seorang raja Sabaiyah bernama Itti Amara membayar upeti kepada raja Rum yang bernama Sargon II antara tahun 721-705 SM . Raja-raja Sabaiyah yang memerintah sebanyak 27 orang.

Kerajaan baru ini (Himyariyah) telah memberikan kemudahan dalam perhubungan dari Barat ke Timur . Angkatan perniagaan dilautan bertambah maju, sehingga armada bangsa Rum dapat lalu lintas di laut Merah. Lantaran itu maka di zaman tersebut kerajaan Himyariyah termasuk satu kerajaan besar yang masyhur.



28 Juni 2008

Diakronis Ilmu Bahasa (Linguistik)


I. Pendahuluan

Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut:

The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”

Program studi Ilmu Bahasa mulai jenjang S1 sampai S3, bahkan sampai post-doctoral program telah banyak ditawarkan di universitas terkemuka, seperti University of California in Los Angeles (UCLA), Harvard University, Massachusett Institute of Technology (MIT), University of Edinburgh, dan Oxford University. Di Indonesia, paling tidak ada dua universitas yang membuka program S1 sampai S3 untuk ilmu bahasa, yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Katolik Atma Jaya.

II. Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa

Ilmu bahasa yang dipelajari saat ini bermula dari penelitian tentang bahasa sejak zaman Yunani (abad 6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat dibedakan antara (1) tata bahasa tradisional dan (2) linguistik modern.

2. 1 Tata Bahasa Tradisional

Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda-tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa – apakah bahasa mirip realitas atau tidak – mereka belum sepakat. Dua filsuf besar yang pemikirannya terus berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles.

Plato berpendapat bahwa bahasa adalah physei atau mirip realitas; sedangkan Aristoteles mempunyai pendapat sebaliknya yaitu bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip realitas kecuali onomatope dan lambang bunyi (sound symbolism). Pandangan Plato bahwa bahasa mirip dengan realitas atau non-arbitrer diikuti oleh kaum naturalis; pandangan Aristoteles bahwa bahasa tidak mirip dengan realitas atau arbitrer diikuti oleh kaum konvensionalis. Perbedaan pendapat ini juga merambah ke masalah keteraturan (regular) atau ketidakteraturan (irregular) dalam bahasa. Kelompok penganut pendapat adanya keteraturan bahasa adalah kaum analogis yang pandangannya tidak berbeda dengan kaum naturalis; sedangkan kaum anomalis yang berpendapat adanya ketidakteraturan dalam bahasa mewarisi pandangan kaum konvensionalis. Pandangan kaum anomalis mempengaruhi pengikut aliran Stoic. Kaum Stoic lebih tertarik pada masalah asal mula bahasa secara filosofis. Mereka membedakan adanya empat jenis kelas kata, yakni nomina, verba, konjungsi dan artikel.

Pada awal abad 3 SM studi bahasa dikembangkan di kota Alexandria yang merupakan koloni Yunani. Di kota itu dibangun perpustakaan besar yang menjadi pusat penelitian bahasa dan kesusastraan. Para ahli dari kota itu yang disebut kaum Alexandrian meneruskan pekerjaan kaum Stoic, walaupun mereka sebenarnya termasuk kaum analogis. Sebagai kaum analogis mereka mencari keteraturan dalam bahasa dan berhasil membangun pola infleksi bahasa Yunani. Apa yang dewasa ini disebut "tata bahasa tradisional" atau " tata bahasa Yunani" , penamaan itu tidak lain didasarkan pada hasil karya kaum Alexandrian ini.

Salah seorang ahli bahasa bemama Dionysius Thrax (akhir abad 2 SM) merupakan orang pertama yang berhasil membuat aturan tata bahasa secara sistematis serta menambahkan kelas kata adverbia, partisipel, pronomina dan preposisi terhadap empat kelas kata yang sudah dibuat oleh kaum Stoic. Di samping itu sarjana ini juga berhasil mengklasifikasikan kata-kata bahasa Yunani menurut kasus, jender, jumlah, kala, diatesis (voice) dan modus.

Pengaruh tata bahasa Yunani sampai ke kerajaan Romawi. Para ahli tata bahasa Latin mengadopsi tata bahasa Yunani dalam meneliti bahasa Latin dan hanya melakukan sedikit modifikasi, karena kedua bahasa itu mirip. Tata bahasa Latin dibuat atas dasar model tata bahasa Dionysius Thrax. Dua ahli bahasa lainnya, Donatus (tahun 400 M) dan Priscian (tahun 500 M) juga membuat buku tata bahasa klasik dari bahasa Latin yang berpengaruh sampai ke abad pertengahan.

Selama abad 13-15 bahasa Latin memegang peranan penting dalam dunia pendidikan di samping dalam agama Kristen. Pada masa itu gramatika tidak lain adalah teori tentang kelas kata. Pada masa Renaisans bahasa Latin menjadi sarana untuk memahami kesusastraan dan mengarang. Tahun 1513 Erasmus mengarang tata bahasa Latin atas dasar tata bahasa yang disusun oleh Donatus.

Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa Irlandia (abad 7 M), tata bahasa Eslandia (abad 12), dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana dalam kesusastraan, dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam kerangka tradisional. Tata bahasa dianggap sebagai seni berbicara dan menulis dengan benar. Tugas utama tata bahasa adalah memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasa yang baik" , yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini adalah untuk menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat "merusak" bahasa seperti kata serapan, ragam percakapan, dan sebagainya.

Tradisi tata bahasa Yunani-Latin berpengaruh ke bahasa-bahasa Eropa lainnya. Tata bahasa Dionysius Thrax pada abad 5 diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia, kemudian ke dalam bahasa Siria. Selanjutnya para ahli tata bahasa Arab menyerap tata bahasa Siria.

Selain di Eropa dan Asia Barat, penelitian bahasa di Asia Selatan yang perlu diketahui adalah di India dengan ahli gramatikanya yang bemama Panini (abad 4 SM). Tata bahasa Sanskrit yang disusun ahli ini memiliki kelebihan di bidang fonetik. Keunggulan ini antara lain karena adanya keharusan untuk melafalkan dengan benar dan tepat doa dan nyanyian dalam kitab suci Weda.

Sampai menjelang zaman Renaisans, bahasa yang diteliti adalah bahasa Yunani, dan Latin. Bahasa Latin mempunyai peran penting pada masa itu karena digunakan sebagai sarana dalam dunia pendidikan, administrasi dan diplomasi internasional di Eropa Barat. Pada zaman Renaisans penelitian bahasa mulai berkembang ke bahasa-bahasa Roman (bahasa Prancis, Spanyol, dan Italia) yang dianggap berindukkan bahasa Latin, juga kepada bahasa-bahasa yang nonRoman seperti bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Swedia, dan Denmark.

2. 2 Linguistik Modern

2. 2. 1 Linguistik Abad 19

Pada abad 19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan. Objek penelitian adalah bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau berasal dari satu induk bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas dasar kemiripan fonologis dan morfologis. Dengan demikian dapat diperkirakan apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal dari bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan kekerabatan di antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat ditelusuri berasal dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa Perancis, Spanyol, dan Italia.

Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.

Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:

1. Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis.

2. Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia.

3. Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.

4. Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.

5. Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.

6. Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.

7. Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.

8. Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.

9. Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.

10. Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.

11. Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.

12. Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan

13. Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.

Ciri linguistik abad 19 sebagai berikut:

1) Penelitian bahasa dilakukan terhadap bahasa-bahasa di Eropa, baik bahasa-bahasa Roman maupun nonRoman.

2) Bidang utama penelitian adalah linguistik historis komparatif. Yang diteliti adalah hubungan kekerabatan dari bahasa-bahasa di Eropa untuk mengetahui bahasa-bahasa mana yang berasal dari induk yang sama. Dalam metode komparatif itu diteliti perubahan bunyi kata-kata dari bahasa yang dianggap sebagai induk kepada bahasa yang dianggap sebagai keturunannya. Misalnya perubahan bunyi apa yang terjadi dari kata barang, yang dalam bahasa Latin berbunyi causa menjadi chose dalam bahasa Perancis, dan cosa dalam bahasa Italia dan Spanyol.

3) Pendekatan bersifat atomistis. Unsur bahasa yang diteliti tidak dihubungkan dengan unsur lainnya, misalnya penelitian tentang kata tidak dihubungkan dengan frase atau kalimat.

2. 2. 2 Linguistik Abad 20

Pada abad 20 penelitian bahasa tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika (bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa Papua dan bahasa banyak negara di Asia). Ciri-cirinya:

1) Penelitian meluas ke bahasa-bahasa di Amerika, Afrika, dan Asia.

2) Pendekatan dalam meneliti bersifat strukturalistis, pada akhir abad 20 penelitian yang bersifat fungsionalis juga cukup menonjol.

3) Tata bahasa merupakan bagian ilmu dengan pembidangan yang semakin rumit. Secara garis besar dapat dibedakan atas mikrolinguistik, makro linguistik, dan sejarah linguistik.

4) Penelitian teoretis sangat berkembang.

5) Otonomi ilmiah makin menonjol, tetapi penelitian antardisiplin juga berkembang.

6) Prinsip dalam meneliti adalah deskripsi dan sinkronis

Keberhasilan kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli linguistik abad 20, antara lain Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (system of relation). Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk sistem tersebut.

Beberapa pokok pemikiran Saussure:

(1) Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.

(2) Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.

(3) Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.

(4) Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.

(5) Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian.

(6) Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.

(7) Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).

(8) Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului.

Gerakan strukturalisme dari Eropa ini berpengaruh sampai ke benua Amerika. Studi bahasa di Amerika pada abad 19 dipengaruhi oleh hasil kerja akademis para ahli Eropa dengan nama deskriptivisme. Para ahli linguistik Amerika mempelajari bahasa-bahasa suku Indian secara deskriptif dengan cara menguraikan struktur bahasa. Orang Amerika banyak yang menaruh perhatian pada masalah bahasa. Thomas Jefferson, presiden Amerika yang ketiga (1801-1809), menganjurkan agar supaya para ahli linguistik Amerika mulai meneliti bahasa-bahasa orang Indian. Seorang ahli linguistik Amerika bemama William Dwight Whitney (1827-1894) menulis sejumlah buku mengenai bahasa, antara lain Language and the Study of Language (1867).

Tokoh linguistik lain yang juga ahli antropologi adalah Franz Boas (1858-1942). Sarjana ini mendapat pendidikan di Jerman, tetapi menghabiskan waktu mengajar di negaranya sendiri. Karyanya berupa buku Handbook of American Indian languages (1911-1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang digunakan untuk mengungkapkan makna. Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal ilmiah berjudul International Journal of American Linguistics.

Pengikut Boas yang berpendidikan Amerika, Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli antropologi dinilai menghasilkan karya-karya yang sangat cemerlang di bidang fonologi. Bukunya, Language (1921) sebagian besar mengenai tipologi bahasa. Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah mengenai klasifikasi bahasa-bahasa Indian.

Pemikiran Sapir berpengaruh pada pengikutnya, L. Bloomfield (1887-1949), yang melalui kuliah dan karyanya mendominasi dunia linguistik sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill.

Dalam bukunya Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan Sapir. Sapir berpendapat fonem sebagai satuan psikologis, tetapi Bloomfield berpendapat fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya melakukan penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis.

Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu.

Bloomfield berpendapat fonologi, morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan. Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem hubungan adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya yang memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalah tata bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini setiap gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu satuan yang disebut tagmem.

Murid Sapir lainnya, Zellig Harris, mengaplikasikan metode strukturalis ke dalam analisis segmen bahasa. Sarjana ini mencoba menghubungkan struktur morfologis, sintaktis, dan wacana dengan cara yang sama dengan yang dilakukan terhadap analisis fonologis. Prosedur penelitiannya dipaparkan dalam bukunya Methods in Structural Linguistics (1951).

Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program.

III. Paradigma

Kata paradigma diperkenalkan oleh Thomas Khun pada sekitar abad 15. Paradigma adalah prestasi ilmiah yang diakui pada suatu masa sebagai model untuk memecahkan masalah ilmiah dalam kalangan tertentu. Paradigma dapat dikatakan sebagai norma ilmiah. Contoh paradigma yang mulai tumbuh sejak zaman Yunani tetapi pengaruhnya tetap terasa sampai zaman modern ini adalah paradigma Plato dan paradigma Aristoteles. Paradigma Plato berintikan pendapat Plato bahwa bahasa adalah physei atau mirip dengan realitas, disebut juga non-arbitrer atau ikonis. Paradigma Aristoteles berintikan bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip dengan realitas, kecuali onomatope, disebut arbitrer atau non-ikonis. Kedua paradigma ini saling bertentangan, tetapi dipakai oleh peneliti dalam memecahkan masalah bahasa, misalnya tentang hakikat tanda bahasa.

Pada masa tertentu paradigma Plato banyak digunakan ahli bahasa untuk memecahkan masalah linguistik. Penganut paradigma Plato ini disebut kaum naturalis. Mereka menolak gagasan kearbitreran. Pada masa tertentu lainnya paradigma Aristoteles digunakan mengatasi masalah linguistik. Penganut paradigma Aristoteles disebut kaum konvensionalis. Mereka menerima adanya kearbiteran antara bahasa dengan realitas.

Pertentangan antara kedua paradigma ini terus berlangsung sampai abad 20. Di bidang linguistik dan semiotika dikenal tokoh Ferdinand de Saussure sebagai penganut paradigma .Aristoteles dan Charles S. Peirce sebagai penganut paradigma Plato. Mulai dari awal abad 19 sampai tahun 1960-an paradigma Aristoteles yang diikuti Saussure yang berpendapat bahwa bahasa adalah sistem tanda yang arbitrer digunakan dalam memecahkan masalah-masalah linguistik. Tercatat beberapa nama ahli linguistik seperti Bloomfield dan Chomsky yang dalam pemikirannya menunjukkan pengaruh Saussure dan paradigma Aristoteles. Menjelang pertengahan tahun 60-an dominasi paradigma Aristoteles mulai digoyahkan oleh paradigma Plato melalui artikel R. Jakobson "Quest for the Essence of Language" (1967) yang diilhami oleh Peirce. Beberapa nama ahli linguistik seperti T. Givon, J. Haiman, dan W. Croft tercatat sebagai penganut paradigma Plato.

IV. Cakupan dan Kemaknawian Ilmu Bahasa

Secara umum, bidang ilmu bahasa dibedakan atas linguistik murni dan linguistik terapan. Bidang linguistik murni mencakup fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan bidang linguistik terapan mencakup pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikografi, dan lain-lain. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini.

4. 1 Fonetik

Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa. Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan antara they dan day, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak. Dengan mempelajari fonetik, orang Indonesia akan dapat mengucapkan kedua bunyi tersebut dengan tepat.

Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa. Misalnya, jika seorang pemimpin di Indonesia mengadakan kunjungan ke Cina, ia cukup meminta staf-nya untuk menerjemahkan pidatonya ke bahasa Cina dan menulisnya dengan abjad fonetik, sehingga ia dapat memberikan pidato dalam bahasa Cina dengan ucapan yang tepat. Salah seorang pemimpin yang telah memanfaatkan abjad fonetik internasional adalah Paus Yohanes Paulus II. Ke negara manapun beliau berkunjung, beliau selalu memberikan khotbah dengan menggunakan bahasa setempat. Apakah hal tersebut berarti bahwa beliau memahami semua bahasa di dunia? Belum tentu, namun cukup belajar fonetik saja untuk mampu mengucapkan bunyi ratusan bahasa dengan tepat.

4. 2 Fonologi

Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut. Contoh sederhana adalah pengucapan gugus ‘ng’ pada awal kata, hanya berterima dalam sistem fonologis bahasa Indonesia, namun tidak berterima dalam sistem fonologis bahasa Inggris. Kemaknawian utama dari pengetahuan akan sistem fonologi ini adalah dalam pemberian nama untuk suatu produk, khususnya yang akan dipasarkan di dunia internasional. Nama produk tersebut tentunya akan lebih baik jika disesuaikan dengan sistem fonologis bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.

4. 3 Morfologi

Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur pembentuk kata. Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (atau kimia?) perlu memahami zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu untuk menghasilkan obat flu yang efektif; sama halnya seorang ahli linguistik bahasa Inggris perlu memahami imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar. Misalnya akhiran -­en dapat direkatkan dengan kata sifat dark untuk membentuk kata kerja darken, namun akhiran -­en tidak dapat direkatkan dengan kata sifat green untuk membentuk kata kerja. Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan oleh ahli bahasa, sedangkan pengguna bahasa boleh saja langsung menggunakan kata tersebut. Sama halnya, alasan ketentuan pencampuran zat-zat kimia hanya diketahui oleh ahli farmasi, sedangkan pengguna obat boleh saja langsung menggunakan obat flu tersebut, tanpa harus mengetahui proses pembuatannya.

4. 4 Sintaksis

Analisis sintaksis mengacu pada analisis frasa dan kalimat. Salah satu kemaknawiannya adalah perannya dalam perumusan peraturan perundang-undangan. Beberapa teori analisis sintaksis dapat menunjukkan apakah suatu kalimat atau frasa dalam suatu peraturan perundang-undangan bersifat ambigu (bermakna ganda) atau tidak. Jika bermakna ganda, tentunya perlu ada penyesuaian tertentu sehingga peraturan perundang-undangan tersebut tidak disalahartikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

4. 5 Semantik

Kajian semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis makna dalam hal ini mulai dari suku kata sampai kalimat. Analisis semantik mampu menunjukkan bahwa dalam bahasa Inggris, setiap kata yang memiliki suku kata ‘pl’ memiliki arti sesuatu yang datar sehingga tidak cocok untuk nama produk/benda yang cekung. Ahli semantik juga dapat membuktikan suku kata apa yang cenderung memiliki makna yang negatif, sehingga suku kata tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai nama produk asuransi. Sama halnya dengan seorang dokter yang mengetahui antibiotik apa saja yang sesuai untuk seorang pasien dan mana yang tidak sesuai.

4. 6 Pengajaran Bahasa

Ahli bahasa adalah guru dan/atau pelatih bagi para guru bahasa. Ahli bahasa dapat menentukan secara ilmiah kata-kata apa saja yang perlu diajarkan bagi pelajar bahasa tingkat dasar. Para pelajar hanya langsung mempelajari kata-kata tersebut tanpa harus mengetahui bagaimana kata-kata tersebut disusun. Misalnya kata-kata dalam buku-buku Basic English. Para pelajar (dan guru bahasa Inggris dasar) tidak harus mengetahui bahwa yang dimaksud Basic adalah B(ritish), A(merican), S(cientific), I(nternational), C(ommercial), yang pada awalnya diolah pada tahun 1930an oleh ahli linguistik C. K. Ogden. Pada masa awal tersebut, Basic English terdiri atas 850 kata utama.

Selanjutnya, pada tahun 1953, Michael West menyusun General Service List yang berisikan dua kelompok kata utama (masing-masing terdiri atas 1000 kata) yang diperlukan oleh pelajar untuk dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Daftar tersebut terus dikembangkan oleh berbagai universitas ternama yang memiliki jurusan linguistik. Pada tahun 1998, Coxhead dari Victoria University or Wellington, berhasil menyelesaikan suatu proyek kosakata akademik yang dilakukan di semua fakultas di universitas tersebut dan menghasilkan Academic Wordlist, yaitu daftar kata-kata yang wajib diketahui oleh mahasiswa dalam membaca buku teks berbahasa Inggris, menulis laporan dalam bahasa Inggris, dan tujuannya lainnya yang bersifat akademik.

Proses penelitian hingga menjadi materi pelajaran atau buku bahasa Inggris yang bermanfaat hanya diketahui oleh ahli bahasa yang terkait, sedangkan pelajar bahasa dapat langung mempelajari dan memperoleh manfaatnya. Sama halnya dalam ilmu kedokteran, proses penelitian hingga menjadi obat yang bermanfaat hanya diketahui oleh dokter, sedangkan pasien dapat langsung menggunakannya dan memperoleh manfaatnya.

4. 7 Leksikografi

Leksikografi adalah bidang ilmu bahasa yang mengkaji cara pembuatan kamus. Sebagian besar (atau bahkan semua) sarjana memiliki kamus, namun mereka belum tentu tahu bahwa penulisan kamus yang baik harus melalui berbagai proses.

Dua nama besar yang mengawali penyusunan kamus adalah Samuel Johnson (1709-1784) dan Noah Webster (1758-1843). Johnson, ahli bahasa dari Inggris, membuat Dictionary of the English Language pada tahun 1755, yang terdiri atas dua volume. Di Amerika, Webster pertama kali membuat kamus An American Dictionary of the English Language pada tahun 1828, yang juga terdiri atas dua volume. Selanjutnya, pada tahun 1884 diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume.

Saat ini, kamus umum yang cukup luas digunakan adalah Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Mengapa kamus Oxford? Beberapa orang mungkin secara sederhana akan menjawab karena kamus tersebut lengkap dan cukup mudah dimengerti. Tidak banyak yang tahu bahwa (setelah tahun 1995) kamus tersebut ditulis berdasarkan hasil analisis British National Corpus yang melibatkan cukup banyak ahli bahasa dan menghabiskan dana universitas dan dana negara yang jumlahnya cukup besar. Secara umum, definisi yang diberikan dalam kamus tersebut seharusnya dapat mudah dipahami oleh pelajar karena semua entri dalam kamus tersebut hanya didefinisikan oleh sekelompok kosa kata inti. Bagaimana kosa-kata inti tersebut disusun? Tentu hanya ahli bahasa yang dapat menjelaskannya, sedangkan para sarjana dan pelajar dapat langsung saja menikmati dan menggunakan berbagai kamus Oxford yang ada dipasaran.

V. Penutup

Penelitian bahasa sudah dimulai sejak abad ke 6 SM, bahkan perpustakaan besar yang menjadi pusat penelitian bahasa dan kesusastraan sudah dibangun sejak awal abad 3 SM di kota Alexandria. Kamus bahasa Inggris, Dictionary of the English Language, yang terdiri atas dua volume, pertama kali diterbitkan pada tahun 1755; dan pada tahun 1884 telah diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume. Antara 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya.

Salah satu buku awal yang menjelaskan mengenai ilmu bahasa adalah buku An Introduction to Linguistic Science yang ditulis oleh Bloomfield pada tahun 1914. Jurnal ilmiah internasional ilmu bahasa, yang berjudul International Journal of American Linguistics, pertama kali diterbitkan pada tahun 1917.

Ilmu bahasa terus berkembang dan semakin memainkan peran penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan semakin majunya program pascasarjana bidang linguistik di berbagai universitas terkemuka (UCLA, MIT, Oxford, dll). Buku-buku karya ahli bahasa pun semakin mendapat perhatian. Salah satu buktinya adalah buku The Comprehensive Grammar of the English Langauge, yang terdiri atas 1778 halaman, yang acara peluncurannya di buka oleh Margareth Thatcher, pada tahun 1985. Respon yang luar biasa terhadap buku tersebut membuatnya dicetak sebanyak tiga kali dalam tahun yang sama. Buku tata bahasa yang terbaru, The Cambridge Grammar of the English Language, tahun 2002, yang terdiri atas 1842 halaman, ditulis oleh para ahli bahasa yang tergabung dalam tim peneliti internasional dari lima negara.