29 Juni 2008

POLITIK DAN PEMERINTAHAN ARAB SEBELUM ISLAM

Ketika Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tahun 570 M, tak satu pun negara besar di wilayah itu memikirkan Arab. Persia dan Byzantium keduanya disibukkan pertengkaran mereka yang melelahkan, yang berakhir sesat sebelum kematian Nabi Muhammad saw . Keduanya bersemangat untuk mengolah wilayah Arab di selatan jazirah, yang kini disebut Yaman . Kerajaan Arab Selatan agak berbeda dibanding lainnya: bagian ini mendapatkan hujan, sehingga lebih subur dan memiliki kebudayaan yang kuno sekaligus canggi. Namun stepa-stepa Arab yang keras merupakan wilayah liar yang menakutkan , dihuni oleh ras manusia yang masih liar , yang oleh bangsa Yunani disebut “Sarakenoi”, orang-orang yang tinggal di tenda-tenda. Baik Persia maupun Byzantium belum pernah mempertimbangkan untuk menguasai wilayah ini dan tak seorangpun bermimpi bahwa wilayah itu akan melahirkan sebuah agama dunia baru, segera menjadi kekuatan dunia yang besar

Sesungguhnya ,Arab dianggap sebagai daerah tak bertuhan dan tak satu agama pun yang lebih maju dan modern berhasil di daerah itu. Memang ada beberapa suku Yahudi yang diragukan asal-usulnya tinggal di wilayah pertanian Yatsrib(kelak menjadi kota Madinah), Khaibar dan Khandak; namun orang-orang Yahudi ini hampir tak dapat dibedakan dari tetangga Arab mereka yang menyembah berhala, disamping agama mereka memang masih belum sempurna.Di tanah yang telah beradab , banyak suku Arab yang beralih ke Kristen, dan di abad ke – 4 mereka membangun Gereja Syria mereka sendiri. Namun pada umumnya suku Arab Badui di gurun Arabia sangat curiga pada Judaisme dan Kristenitas, meskipun mereka menyadari bahwa agama-agama ini lebih canggih dibanding agama mereka .Mereka tahu bahwa negara-negara besar seperti Persia dan Byzantium telah siap menggunakan agama mereka sebagai alat kontrol imperialisme. Ini sangat tampak di Kerajaan Arab Selatan , yang telah kehilangan kemerdekaannya di tahun 570 , tahun kelahiran Nabi Muhammad saw. Kerajaan Kristen Byzantium telah menjadikan Abyssinia, Ethiopia modern, sebagai rekan ketika mereka beralih ke suatu bentuk Kristen yang disebut Monophysitisme (sifat Ketuhanan) . Byzantium tidak lagi menerapkan ajaran itu di negara sendiri , tetapi senang menggunakannnya untuk melanjutkan ambisi imperialisnya ke luar negeri. Dengan berafiliasi dengan Abyssinia, Byzantium mendorong pemimpinnya, Negus, untuk memasuki Yaman dan menjadikan negara itu di bawah perintah kerajaan Konstantinopel. Bukannya berdiri di kaki mereka sendiri , suku-suku Arab Selatan memohon pada Persia untuk menolong mereka melawan ancaman Abyssinia, dan orang-orang Persia menyambut permohonan ini dengan gembira. Bangsa Persia juga menggunakan agama sebagai senjata ideologi dalam perjuangan kerajaan. Mereka lebih cenderung pada Judaisme dari pada Kristen Byzantium.

Tahun 510 Yusuf As’ai, Raja Arab Selatan, beralih ke Judaisme dan dikenal sebagai Dzu Nawas. Namun tawaran akan perlindungan Persia ini gagal ketika kerajaan Yahudi itu jatuh ke Abyssinia di tahun 525 : rajanya yang muda dan tampan, dikatakan, telah menunggang kudanya menuju laut dengan putus asa, sampai kuda dan penungganngnya hilang ditelan ombak . Arab Selatan menjadi Provinsi Abyssinia dan rakyatnya terus menerus memohon pertolongan Persia. Akhirnya Raja Khusrun menyerbu wilayah itu tahun 570 dan Kerajaan Arab Selatan menjadi koloni Persia. Kali ini , ajaran Kristen Nestorianisme(yang percaya bahwa Kristus memiliki dua sifat, manusia dan Tuhan, yang juga disukai oleh Persia) menjadi agama Resmi. Orang Arab Badui di wilayah Hijaz dan Najd sangat bangga akan tetangga-tetangga Arab mereka di selatan dan melihat kejatuhan mereka sebagi sebuah malapetaka . Tak terhindarkan, Judaisme dan Kristenitas menjadi sasaran kecurigaan.

Ketidak percayaan mereka pada dua agama terdahulu ini dilipatgandakan oleh peristiwa-peristiwa di utara, di mana dua kekuatan besar itu berambisi mengamankan batas wilayah dari serangan satu sama lain dan dari bangsa Saracen yang liar, yang secara periodik menyerbu tanah yang sudah mapan ini selama bertahun-tahun , terutama di musim kering. Keduanya memanfaatkan suku-suku Arab di utara, yang telah beralih ke suatu bentuk Kristenitas , Byzantium telah mendorong suku-suku Arab di wilayah perbatasan untuk beralih ke keimanan yang benar dengan membangun biara-biara dan pusat-pusat pemujaan di sana. Akhirnya suku Ghassan, yang bernaung diperbatasan Byzantium pada musim dingin, beralih ke Kristen Monophysite dan menjadi sekutu Byzantium.. Mereka membangun perkemahan musim dingin di selatan di luar Rusafa di Sergiopolis, yang memiliki ruang megah bagi ketua mereka dalam gaya Byzantium, yang puing-puingnya masih dapat dilihat sekarang. Dinasti Ghassan membentuk Buffer state(negara kecil di antara dua negara besar bermusuhan) Byzantin, yang akan mempertahankan kerajaan Kristen dari kerajaan Zaoroaster Persia. Namun Persia berhasil membalas. Suku Arab Lachmid dari Syria timur menjadi Nestorian , kepercayaan yang juga disukai bangsa Arab di wilayah Mesopotamia di Kerajaan Persia. Dinasti Sassanid menunjuk pemimpin-pemimpin Arab Lachmid dari sebuah buffer state untuk menjaga batas negara mereka sendiri, dengan pusatnya di Hira.(Amstrong ; 2001 : 57)

Kondisi Politik sebelum muncul Pemerintahan Arab Jahiliyah

Politik Negara Persia

Negara Persia pada saat muncul dan berkembangnya negara Quraisy hingga berdiri di Yatsrib di tangan Muhammad saw. Menghadapi berbagai dilemma, baik di dalam maupun di luar, dari tetangganya, khususnya kekaisaran Byzantium. Mengamati kondisi kekaisaran tersebut, pada saat itu , dapat dipastikan bahwa gaunnya mulai meredup. Pertama kali yang harus diperhatikan dalam konteks ini adalah cepatnya pergantian raja dari tahta singgasana sehingga hanya ada sedikit raja yang masyhur. Sebagian mereka hanya menduduki tahta beberapa minggu saja, bahkan beberapa hari. Salah satu dari mereka - atau dua dari mereka- dibunuh saat duduk dia atas kursi singgasananya. Pembunuhan dan pencongkelan mata merupakan cara memperoleh tahta bagi sebagian mereka . Sampai-sampai seseorang di antara mereka membunuh ayahnya dan beberapa saudaranya untuk dapat berkuasa.(Karim ;2002 : 186).

Imam Ath-Thabari mendeskripsikan raja-raja Persia:” Kaisar Abrueiz adalah seorang Kaisar yang zalim dan bejat. Kekuasaannya sampai Konstantinopel dan Afrika. Pada musim dingin, Ia bertempat tinggal di kota Madain , sedangkan pada musim panas ia bertempat tinggal di sebuah tempat yang terletak di antara kota Madain dan kota Hamadzan. Ia mempunyai 12.000 gundik. Atau menurut riwayat lain 3000. gundik untuk pemuas nafsu seksualnya. Sisanya dimanfaatkan sebagai pelayan, penyanyi, dan lain sebagainya. Ia memandang hina semua manusia dan menganggap mereka bodoh. Ia juga berbuat zalim kepada anak-anaknya. Kekuasaannya berlangsung selama 32 tahun plus beberapa bulan. Ia dibunuh oleh rakyat melalui bantuan anaknya, Cheirueh yang telah membunuh 17 saudaranya. Pada zamannya, penyakit thoun merajalela. Kekuasaan yang dipegang Cheirueh hanya berlangsung 8 bulan. Kemudian ia digantikan oleh anaknya , Ardcheir atas perintah Cheher Abrueiz. Ia hanya berkuasa selama satu tahun enam bulan. Kemudian Cheher Abrueiz memegang tampuk kekuasaan , tetapi ia bukan berasal dari keluarga kerajaan. Lalu ia dibunuh. Ia menduduki singgasana hanya 40 hari. Kemudian tampuk kepemimpinan dipegang oleh Bouran, puteri Kaisar Abrueiz bin Hermes bin Kaisar Anu Chrouan. Ia menduduki singgasana selama 1 tahun 4 bulan. Setelah itu , singgasana dipegang oleh seorang laki-laki yang bernama Jassandah dari keturunan Abrueiz. Kekuasaannya kurang dari satu bulan . Kemudian tampuk kepemimpinan dipegang oleh Azer Meidkhot, puteri Kisar Abrueiz, ia dibunuh oleh Rustam dengan mencongkel kedua matanya. Ia hanya berkuasa selama 6 bulan. Kemudian Kaisar bin Meher Jechansa naik tahta, dan beberapa hari kemudian ia dibunuh. Lalu Khurdzad Khusrowan, putera Abrueiz. Kemudian Phiroz bin Meher Jechansa yang dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ia adalah raja yang berkuasa langsung setelah Azer Meidkhot, puteri Kaisar Abrueiz. Ia berkuasa hanya beberapa saat. Lalu Farkhzad naik tahta, tetapi hanya 6 bulan. Kemudian Yazdazir bin Chehreyar bin Kaisar. Di tangannyalah pemerintahan Persia menjadi mundur sehingga musuh-musuhnya menyerang dari berbagai penjuru, dan negaranya jatuh ke tangan mereka. Dua tahun kemudian orang Arab pun menyerang negara itu.(Karim ; 2002 : 188).

Berbeda dengan lainnya, Abu Hanifah ad Dainuri – dari Ath –Thabari- berusaha menggabungkan antara sejarah raja-raja kerajaan non Arab (ajam) dan sejarah Nabi Muhammad Saw. Seorang pendiri negara di Yatsrib, yaitu bahwa “Rasulullah dilahirkan pada masa akhir Raja Anu Chrouan. Kemudian beliau berdiam di Makkah sampai diutus menjadi nabi . Di Makkah beliau mendapati Raja Anu Choruan selama 7 tahun dan Raja Hermez bin Kaisar Anu Chrouan selama 19 tahun. Beliau diutus menjadi rasul setelah Kaisar Abroeiz menjadi raja selama 16 tahun, kemudian belaiau berhijrah ke Madinah setelah Abroeiz naik tahta selama 29 tahun. Kemudian beliau menetap di Madinah selama 10 tahun , bertepatan dengan matinya Kaisar Abroeiz. Beliau meninggal dunia pada usia 63 tahun”( Karim ; 2002 : 189 ).

Berdasarkan pemaparan dan riwayat ad Dainuri, Rasulullah Saw. Mendapati masa Kaisar Anu Chrouan Hermez dan Abroeiz yang dicatat oleh para sejarawan bahwa Raja Anu Chrouan adalah seorang raja yang paling baik kelakuannya jika diukur dengan standar yang berlaku pada masa itu , yang telah ditetapkan oleh para sejarawan- ia adalah raja yang menjalankan urusan kerajaannya dengan baik. Tetapi Kemudian keruntuhan mulai melanda pada masa puteranya, Hermezad. “ Ketika kekuasaannya berusaha 11 tahun, musuh-musuhnya menyerang dari segala penjuru. Mereka mengepungnya dalam kesendirian bagaikan gabungan dua busur panah. Dari arah Timur ia menghadapi Raja Syahansyah at Turki yang menekan sampai ke kota Heart dan mengusir para pembantu Hermez. Dari Barat ia menghadapi Raja Romawi hingga merebut dua wilayah untuk mengembalikan wilayah Amed dan Meya. Adapun dari arah Armenia, Raja Caspia menekan sampai ke negeri Adzribaijan. Maka terjadilah peperangan di sana.”(ad- Dainuri ; 1960 : 79).

Pada masa Kaisar Hermez, keadaan semakin memburuk hingga para tokoh terpandang dan mulia serta para pemimpin berkonsultasi dengannya. “ Mereka menghadap kepada Raja Hermez, menyembahnya di depan singgasana, kemudian mereka membawa mahkota kepala , sabuk pinggang , dan pedangnya. Lalu mereka disuruh menghadap Raja Abrueiz, padahal ia berada di Adzribaijan.”(ad Dainuri : 1960 : 84). Akhairnya , ia dibunuh karena kezalimannya, sebab ia telah membunuh orang-orang terpandang non Arab dan keturunannya, sebagaimana dirinya juga seorang Muwallad karena ibunya berasal dari Turki, bukan keterunan Persia asli. Setelah itu Raja Abrueiz berkuasa yang oleh Ath Thabari digambarkan sebagai seorang raja yang zalim dan bejat. Ia mempunyai 12000 gundik , 3000 di antaranya sebagai pemuas seksualnya. Lebih dari itu , Brigadir Sir Peirc Cakecca menegaskan bahwa ia mengawini seorang gadis yang beragama Masehi berwajah cantik , yang bernama Cherin, sedangkan ia sendiri cenderung kepada agama Nasrani. ( Karim 2002 : 190 ).

Politik Kerajaan Byzantium

Romania-Byzantium adalah sebuah kerajaan yang lain, ketika negara Quraisy mulai berkembang kuat di Yatsrib, yang menghadapi kesulitan-kesulitan serius yang berbeda namun dalam beberapa hal memiliki kemiripan dengan kesulitan yang dihadapi oleh kerajaan Persia. Problem utama yang tampak jika dibandingkan dengan lawannya, kerajaan Persia, adalah apa yang mungkin dapat kami sebut dengan problem agama atau akidah.

Perbedaan pemeluk agama dan terpecahnya mereka ke dalam beberapa golongan atau kelompok mengantarkan mereka pada pertengahan berdarah. Suatu hal yang lazim dan biasa dalam sejarah tiga agama – Ibrahimiyah, mulai agama Yahudi , berpindah ke agama Masehi, dan kemudian agama Islam . Inilah yang ditegaskan oleh Rasulullah Saw . setelah mempelajari kondisi kedua agama terdahulu-Yahudi dan Nasrani- dan karena adanya kesamaan antara ketiga agama tersebut; bahwa dihari kemudian para pengikut agama Islam akan pecah menjadi 73 golongan , sebagaimana pengikut agama Nasranai pecah menjadi 72 golongan, dan pengikut agama Yahudi pecah menjadi 71 golongan . Hal itu termaktub dalam hadits beliau yang sudah masyhur. Sebab-sebab terpecahnya orang mukmin yang memeluk satu agama , sehingga melampaui batas saling membunuh.

Agama Yahudi menyebar mulai dari Palestina sampai ke Roma , ibu kota Imperium. Agama itu mulanya tersebar di kalangan masyarakat – sebagaimana lazimnya setiap agama – kemudian berkembang di kalangan para penguasa. Sekilas , melihat lingkungan rakyat Imperium sangat berbeda dengan kondisi yang melingkupi lahirnya agama Masehi. Sebagian rakyatnya bergelut dengan dua kebudayaan, Yunani dan Latin. Yang jelas para pemeluk agama Masehi, khusus nya dikalangan terpelajar, memiliki pandangan yang filosofis. Dari sinilah muncul kajian tentang masalah ketuhanan (teologis) yang sangat kompleks, misalnya saja :

Apakah al Masih memiliki satu tabiat, yaitu tabiat ketuhanan atau dua tabiat, yaitu tabiat ketuhanan dan tabiat kemanusiaan ? Apakah ia mempunyai satu kehendak atau dua kehendak? Apakah ia memiliki satu kemampuan atau dua kemampuan? Apakah ia sama esensinya atau tidak? Lalu apakah Sayidah Maryam dapat kita katakana sebagai “ Ibu Tuhan” {Umm al Ilah)? Jika hal itu dibolehkan , apakah dalam sifat keibuannya mengandung satu tabiat, yaitu tabiat kemanusiaan atau dua tabiat, tabiat ketuhanan dan kemanusiaan ?.

Itulah persoalan-persoalan filosofis sebagaimana dilihat oleh para pembaca. Kita semua mengetahui bahwa wilayah bagian Timur dari Imperium Romania adalah berkebudayaan Yunani (Greek). Keistimewaan yang dimilikinya adalah filsafat . Terlebih lagi, “bahwa rakyat Byzantium sangat memegangi cerita-cerita khurafat dan mitos-mitos, mereka semua suka berdebat dan berdiskusi dalam masalah-masalah keagamaan, bahkan hal itu menjadi watak dan tabiat yang tidak bisa dipisahkan dari diri mereka “.(Fahmi ; t.t. : 24 ).

Perbedaan tentang al Masih apakah ia mempunyai satu tabiat atau dua tabiat merupakan persoalan yang sangat serius, sampai gereja agama Masehi pecah menjadi dua , pada tahun 45 M , dan pengikutnya terpecah menjadi kelompok Katholik(mereka yang meyakini adanya dua tabiat). Dan kelompok Ortodoks (mereka meyakini adanya satu tabiat).”Kemudian diikuti oleh orang-orang Suryani yang menamakan dirinya sebagai pengikut Ya’aqibah di kemudian hari”, (Subhi ; t.t. : 219). Kemudian berkembanglah beberapa aliran, seperti Isnasiyah, Aryusiyah (Arios) Balajiyusiyah(Balajios), Nesturiyah(Nestorius), dan Donatiyah. Banyak tokoh Byzantium yang berasal dari kalangan orang meyakini adanya dua tabiat. Mereka banyak ditentang , khususnya oleh orang Canesta-Iskandariyah dan Antioch (Antokia). Dan mungkin dapat dikatakan bahwa rakyat di wilayah Timur (Syam dan Mesir) menganut Mazhab atau berkeyakinan akan adanya satu tabiat dalam diri al –Masih.

Tokoh-tokoh kerajaan Romania Timur mulai menampakkan rasa fanatisme nya yang tinggi, yang dikobarkan oleh para komandan pasukan yang bergerak di dalam wilayahnya. Mereka memerangi orang-orang yang menyakini adanya satu tabiat, hingga mereka dijuluki dengan Heretic (al-Hirathiqah). Sesungguhnya “ pada abad ke-5 M tidak ada masalah yang dapat memicu perdebatan, seperti masalah satu tabiat atau dua tabiat dalam diri al-Masih yang diperdebatkan, atau masalah tabiat yang mungkin dapat diungkapkan dengan menggabungkan dua tabiat secara tepat”.(Ficher ; 1976 : 56 ).

Pada masa Ansatonius ( 492 – 518 M) suasana relatif tenang, tetapi ketika pemerintahan berpindah tangan ke Raja Justinianus I (518 – 527 M) tekanan-tekanan semakin dahsyat karena ia memberi perintah untuk menutup gereja di Mesir . Rakyat Mesir tidak mendapatkan tempat untuk melakukan shalat. Kemudian secara diam-diam mereka mendirikan dua gereja di sebuah tempat yang dikenal dengan nama Soare, yaitu di sebelah barat Iskandariah. Lebih jauh lagi Justinianus menekan rakyat Mesir dan memaksa mereka untuk menerima madzhab yang mengakui adanya dua tabiat dalam diri al Masih. Pada masa itu banyak korban berjatuhan , orang–orang yang menolak akidah (madzhabnya) di bunuh “. (Subhi ; t.t : 224).

Justinian adalah salah seorang tokoh yang menolak tekanan orang-orang yang bermadzhab adanya satu tabiat dalam diri al Masih.Mereka adalah penganut madzhab Homosios(madzhab yang mengakui adanya satu tabiat dalam diri al Masih). Meskipun ia berusaha memadukan antara kedua madzhab dan dalam waktu tertentu berusaha berdamai dengan musuhnya, tetapi usahanya itu sia-sia bagaikan diterpa angin. Kemudian ia kembali menekan mereka dengan berbagai cara , diantaranya dengan membakar kitab-kitab mereka , memotong tangan para penulisnya, dan mengusir para pendeta, uskup, dan tokoh agamanya. “ Justinian tidak takut sedikitpun akan kecaman dari kelompok pengikut agama Masehi yang tidak menganut Madzhab pemerintahan yang resmi; karena sebenarnya” mereka tidak berhak kecuali kehinaan” menurut istilah yang diucapkan. Terlebih lagi, ia (Justinian) menjadikan madzhab Khalcedoni sebagai syarat utama bagi orang yang turut bekerja dalam pemerintahan. Oleh sebab itulah , bagi para pengikut madzhab pemerintah diberi keistimewaan dibanding dengan kelompok yang lain. Perundang-undangan ini diberlakukan secara keras” (Asy-Syair ; t.t. : 142 )

Pemerintahan Arab Sebelum Islam

Menurut pemahaman dalam perkembangan Arab Sebelum Islam bahwa satu kerajaan terdiri dari beberapa gedung dan rumah tempat tinggal,yang kesemuanya dimiliki oleh seorang Syeikh atau Amir. Di dalam gedung dan rumah itu , bentuk dan susunanya disesuaikan perkembangan zaman itu pula . Berhala persembahan dan pemunjaan kesemuanya di agungkan kepada yang memilikinya. Pengaruh kepala suku dan sanak pamili berkembang biak, sampai kepada golongan kecil yang lainpun mendekat kepadanya. Dari pengaruh tersebut timbul satu kerajaan yang berangsur-ansur besar . Kerajaan yang mula-mula muncul adalah Mu’niyah, Sabaiyah dan Himyariyah. Kerajaan-kerajaan itu lebih banyak mengatur masalah perniagaan, sedangkan pemerintahannya langsung diatur dari negeri Yaman. Yang menjadi raja, perintahnya tidak dapat disanggah,dia bersemayang dalam gedung atau istana di Ma’rib.Raja-raja itu sedikit sekali memperhatikan serdadunya,karena jarang terjadi peperangan,hanya menghalau serangan dari luar, melindungi kabilah dalam perjalanan, membangun dan membina rumah-rumah, memperluas jalan raya, dan paling penting memperhatikan bendungan , bilamana ada kebocoran.

Kekuasaan raja turun-temurun kepada anak dan cucunya, jika tidak ada anak diturunkan kepada saudaranya. Hanya ada perbedaan di Hadramaut seperti disebutkan oleh Straben “Adapun raja di negeri itu , tidaklah dipindahkan dari ayah kepada anak atau seorang kerabat , tetapi kepada anak laki-laki pertama yang dilahirkan dari seseorang yang agung yang ikut memerintah dibawah kuasa raja pada masa itu. Caranya ,ialah bilamana raja telah bermaksud hendak mencari penggantinya, maka dipersembahkanlah nama-nama isteri orang-orang yang agung yang telah hamil . Setelah itu dijaga benar-benar, siapakah lebih dahulu melahirkan anak . Setelah anak itu lahir , jika perempuan tidaklah menjadi urusan pemerintah, akan tetapi jika laki-laki , maka itu harus diasuh dan dipelihara baik-baik, dialah yang ditentukan akan menjadi pengganti raja”.(Hamka;1975 : 95).

Raja-raja itu memiliki gelar kebesaran seperti Basta, dan Rayyam pada kerajaan Mu’niyah; Yabiin, Yauf dan Watar pada kerajaan Sabaiyah. Bangsa Arab Yaman pernah mempunyai uang sendiri, yang didalam uang itu diukirkan gambar raja dan namanya, nama negeri tempat uang dicap. Dihiasi beberapa tanda-tanda yang melukiskan politik atau masyarakat pada masa itu ; seperti gambar burung unta , burung elang, kepala Banteng menjadi symbol pertanian dan bercocok tanam. Demikian juga bulan Sabit , yang menjadi symbol agama yang paling tinggi.

Kerajaan Mu’niyah

Para Ahli sejarah (Muller, Glazar dan Winckler) berpendapat : Bahwa kerajaan Mu’niyah lebih tua dari kerajaan Sabaiyah , jarak tahun antara kedua kerajaan itu kurang lebih 500 tahun . Yang menguatkan pendapat ini di zaman sekarang adalah sejarawan Martin , Hartman dan Edward Meyer. Hardtman mengakui bahwa Mu’niyah lebih dahulu dari Sabaiyah, tetapi kalau hanya melihat kepada bekas yang ada sekarang ini , masa keduanya bersamaan, sesudah itu baru datang kerajaan Himyar (Hamka ; 1975 : 69). Kerajaan Mu’niyah terletak pada tanah yang subur , banyak rimba belukarnya. Nama-nama rajanya pun dapat dikenal melalui surat-surat dari batu, sebanyak 26 orang. Setiap raja mempunyai gelar kebesaran seperti; “yang gagah”.”yang perkasa “,”johan pahlawan”.

Meskipun banyak peninggalan yang menunjukkan adanya kerajaan Mu’niyah , akan tetapi tidak ada peninggalan kapan muncul dan kapan jatuhnya kerajaan ini.

Bahasa Mu’niyah itu hampir sama dengan bahasa Sabaiyah, hurufnya boleh dikatakan satu saja , Cuma yang berbeda tentang dhamir untuk menunjukkan seorang laki-laki yang ghaib (dia) (orang ketiga) di dalam bahasa Mu’niyah disebut huruf Sin, padahal di dalam bahasa Saba, Babeil, dan Habasyi, dan seluruh bangsa Sam, ialah huruf Haa atau Huwa yang sampai sekarang terpakai di dalam bahasa Arab.

Bekas-bekas peninggalan lama itu menunjukkan pula bahwa kerajaan Mu’niyah bukanlah kerajaan penakluk , kerajaan yang suka berperang, tetapi kerajaan yang suka berniaga dengan negeri-negeri lain.

Kerajaan Sabaiyah

Arab Saba telah mendirikan satu kerajaan besar di Yaman pada abad ke –8 SM (sebelum Nabi Isa as) ini tercantum pada surat-surat batu bangsa Asyur. Dari peninggalan-peninggalan itu muncul perhatian orang hendak mencocokkan yang terdapat dalam alquran tentang Ratu Balqis dengan ilmu pengetahuan modern sekarang. Tetapi sayang, belumlah dapat diketahui dengan pasti, dalam abad ke berapa permulaan riwayat kerajaan saba, sebab masih banyak batu bersurat yang belum dapat dikeluarkan dari perut bumi.

Peneliti sejarah Glazer yang membuktikan akhir kerajaan Saba, yaitu pada abad ke-8 sebelum Nabi Isa as. Merujuk kepada dongen-dongen kuno yang terdapat dari batu-batu bersurat, bahwa seorang raja Saba bernama Itti Amara membayar upeti kepada raja Rum yang bernama Sargon II antara tahun 721 – 705 SM. Raja-raja Saba yang memerintah sebanyak 27 orang . 15 bergelar Mukrib dan 12 bergelar Malik (Raja). Dari penyelidikan itu ternyata asal mula kerajaan itu hanya kecil yang dipimpin oleh satu Amir atau kepala agama, kemudian menjadi satu kerajaan besar yang luas kuasanya.

Kerajaan Sabaiyah melalui empat zaman , zaman pertama raja-rajanya bergelar Mukrib Saba. Zaman kedua , bergelar Malik Saba. Zaman ketiga bergelar “Malik Saba dan Raidan” di zaman yang keempat bergelar : “ Malik Saba, Raidan, Hadramaut”.

Kerajaan Himyar

Setelah kerajaan Saba itu lemah , maka dia digantikan oleh kerajaan Himyar , yaitu keturunan kedua dari Saba. Dan boleh disebut bahwa Himyar itu Saba kedua.

Kerajaan baru telah memberikan kemudahan dalam perhubungan dari Barat ke Timur. Angkatan Perniagaan di lautan bertambah maju, sehingga armada bangsa Rum dapat lalu lintas di laut Merah. Lantaran itu maka di zaman tersebut kerjaan Himyar termasuk satu kerajaan besar yang masyhur.

Agama Nasrani mulai di bawa ke negeri Himyar pada zaman Kaisar Rum Constantin II (337-361 M) dengan mengirim seorang pendeta penyebar injil bernama Theopilies sampai didirikan sebuah gereja di Yaman. Di zaman raja Anstce (491 – 518 M) pengaruh agama Nasrani sangat mendalam di negeri Himyar, oleh seba itu, hubungan kerajaan Rum dengan kerajaan Himyar sangat erat, terutama mejaga hubungan perniagaan Rum dengan Hindustan melalui laut Merah.

Pada tahun 521 di negeri Himyar terjadi pemberontakan dipimpin oleh rajanya yang bernama Zi Nuas, raja Zi Nuas itu rupanya tidak suka memeluk agama Nasrani, tetapi dipilihnya agama Yahudi . Dengan pemberontakan ini kerajaan Rum sangat ketakutan, dan terjadi pertentangan hebat antara bangsa Habasyi dan bangsa Arab yang telah memeluk agama Nasrani . Lantaran Habasyi dekat dengan Roma , maka Kaisar Rum meminta kepada sahabatnya Negus Habasyi supaya mengirim tentara untuk memadamkan pemberontakan kaum Yahudi itu. Maka dikirimlah balatentara ke Himyar di bawah pimpinan Abraha . Di dalam peperang an yang hebat ZI Nuas dapat dikalahkan , sejak waktu itu Habasyilah yang menguasai negeri Yaman .

Rupanya kekuasaan Habasyi atas tanah Arab itu akhirnya tidaklah menyenang kan hati keturunan Himyar yang lain , sehingga muncul kepala perang bangsa Himyar sendiri ( Sei bin Zi –Jazn) Dia meminta bantuan dari bangsa Parsi pada tahun 570 M untuk mengusir orang-orang Habasyi itu kehendaknya dikabulkan oleh Kisra . Akhirnya Habasya terusir. Saif diakui sebagai raja Himyar, tetapi pengaruh Parsi masih harus tertanam di sana. Setelah Saif berhasil memerdekakan negerinya datanglah orang-orang besar Arab menziarahinya mengucapkan selamat atas kemenangannya. Diantaranya ialah kakek dari Nabi Muhammad SAW . Abdul Muttalib , sejak itu wakil-wakil Iran bergantian memerintah di negeri Yaman sebagai gubernur dari Kisra pada tahun 571 M. Nabi Muhammad SAW dilahirkan.

Setelah nabi Muhammad menjadi Rasul , disampaikanlah seruan ke negeri Yaman oleh utusan Muaz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy’ari . Setelah agama Islam dibawah ke sana , maka berduyun-duyunlah penduduk Yaman itu memeluk agama Islam, sehingga raja-raja wakil (gubernur ) Parsi menetap di sana itupun masuk ke dalam Islam. (Hamka : 1975 : 75 )

Kerajaan Arab Selatan agak berbeda disbanding lainnya, bagian ini mendapatkan hujan, sehingga lebih subur dan memiliki kebudayaan yang kuno sekaligus canggih.

Persia maupun Byzantium belum pernah mempertimbangkan untuk menguasai wilayah ini dan tak seorangpun bermimpi bahwa wilayah itu akan melahirkan sebuah agama dunia baru.

Mengamati kondisi politik Persia adalah cepatnya pergantian raja dari tahta singgasana sehingga hanya ada sedikit raja yang masyhur , sebagian mereka hanya menduduki tahta beberapa minggu saja bahkan beberapa hari. Sala satu dari mereka dibunuh saat dia duduk dia atas kursi singga sananya.

Kaisar Abrueiz adalah seorang kaisar yang zalim dan bejat . Ia mempunyai 12000 gundik. 3000 gundik untuk pemuas nafsu seksualnya , sisanya dimanfaatkan sebagai pelayan penyanyi dan lain sebagainya. Kekuasaannnya berlangsung selama 32 tahun . Dia dibunuh oleh rakyatnya melalui bantuan anaknya.

Pada masa Kaisar Hermez, keadaan semakin memburuk hingga pada tokoh terpandang dan mulia serta para pemimpin berkonsultasi dengannya. Mereka menghadap raja Abrueiz , padahal ia berada di Adzirbaijan. Akhirnya, ia dibunuh karena kezalimannya.

Kita semua mengetahui bahwa wilayah bagian Timur dari Imperium Romania adalah kebudayaan Yunani (Greek) . Keistimewaan yang dimilikinya adalah filsafat.

Rakyat Byzantium sangat memegangi cerita-cerita khurafat dan mitos-mitos, mereka semua suka berdebat dan berdiskusi dalam maslah –masalah keagamaan, bahkan hal itu menjadi watak dan tabiat yang tidak bisa dipisahkan dari diri mereka.

Pada masa Ancatonius ( 492-518 M) suasana relatif tenang , tetapi ketika pemerintahan berpindah tangan ke raja Justinianus I (518 – 527 M) , tekanan-tekanan semakin dahsyat karena ia bemberi perintah untuk menutup gereja di Mesir. Rakyat Mesir tidak mendapatkan tempat untuk melakukan shalat. Kemudian secara diam-diam mereka mendirika dua gereja di sebuah temapt yang dikenal dengan nama Soare yaitu disebelah barat Iskandariyah.

Arab ,sebelum Islam dalam perkembangannya memiliki pemahaman bahwa satu kerajaan terdiri atas beberapa gedung dan rumah tempat tinggal, yang kesemuanya dimiliki oleh seorang Syekh atau Amir. Di dalam gedung dan rumah itu, bentuk dan susunannya disesuaikan perkembangan zaman itu pula.

Kerajaan yang mula-mula muncul adalah Mu’niyah, Sabaiyah, dan Himyariyah. Kerajaan-kerajaan ini lebih banyak mengatur masalah perniagaan , sedangkan pemerintahannya lansung diatur dari negeri Yaman. Kekuasaan raja turun–temurun kepada anak dan cucunya, jika tidak ada anak , diturunkan kepada saudaranya.

Menurut para ahli sejarah (Hartman) berpendapat bahwa Kerajaan Mu’niyah lebih dahulu dari kerajaan Sabaiyah , tetapi kalau hanya melihat bekas-bekas yang ada sekarang ini, masa keduanya bersamaan , sesudah itu baru datang kerajaan Himyar. Raja-raja Mu’niyah sebanyak 26 orang.

Peneliti sejarah Glazer yang membuktikan akhir kerajaan Sabaiyah yaitu pada abad ke-8 sebelum Nabi Isa as. Merujuk kepada dongen-dongen kuno , yang terdapat dari batu-batu bersurat, bahwa seorang raja Sabaiyah bernama Itti Amara membayar upeti kepada raja Rum yang bernama Sargon II antara tahun 721-705 SM . Raja-raja Sabaiyah yang memerintah sebanyak 27 orang.

Kerajaan baru ini (Himyariyah) telah memberikan kemudahan dalam perhubungan dari Barat ke Timur . Angkatan perniagaan dilautan bertambah maju, sehingga armada bangsa Rum dapat lalu lintas di laut Merah. Lantaran itu maka di zaman tersebut kerajaan Himyariyah termasuk satu kerajaan besar yang masyhur.



Tidak ada komentar: