28 Agustus 2008

Ramadhan Mulia

Bulan Rajab belum lama kita lalui. Bulan Sya’ban sebentar lagi kita akhiri. Kini, bulan Ramadhan segera datang menghampiri. Terkait dengan ketiga bulan mulia ini, Baginda Rasulullah saw. secara khusus memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT:


«اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَ حَصِّلْ مَقَاصِدَنَا»

Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan pada bulan Sya’ban ini; sampaikanlah diri kami pada bulan Ramadhan; dan tunaikanlah keinginan-keinginan kami (HR Ahmad).

Ibarat samudera, Ramadhan menyimpan sejuta mutiara kemuliaan, memendam perbendaharaan segala keagungan dan di dalamnya bersemayam aneka kebesaran. Ramadhan juga merupakan cakrawala curahan karunia Allah SWT karena semua aktivitas hamba yang beriman pada bulan ini dinilai sebagai ibadah. Kecil yang dilakukan tetapi besar pahalanya di sisi Allah. Ringan yang dikerjakan namun berat timbangan di hadapan Allah. Apalagi jika amal yang besar dan berat, tentu akan mampu melesatkan hamba ke derajat kemuliaan dan meraih kenikmatan surga-Nya.

Datangnya Ramadhan bagi orang Mukmin adalah laksana ‘kekasih’ yang sangat ia rindukan; dengan sukacita ia akan menyiapkan segala sesuatu yang dapat mengantarkan perjumpaan menjadi penuh makna, berkesan dalam dan senantiasa melahirkan harapan-harapan mulia.

Begitu dasyatnya kemuliaan Ramadhan, Rasulullah saw. di penghujung bulan Sya’ban berkhutbah di hadapan manusia menjelaskan berbagai keutamaannya:

Wahai manusia sekalian…

Akan datang menaungi kalian bulan yang agung dan penuh berkah; bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang di dalamnya Allah wajibkan berpuasa dan melaksanakan qiyâm tathawwu’ (salat sunnah tarawih). Siapa saja pada bulan itu mendekatkan diri dengan sebuah amal kebaikan, ia seperti telah melaksanakan kewajiban…Siapa saja yang mengerjakan kewajiban, ia seperti melaksanakan tujuh puluh kewajiban…

Ramadhan adalah bulan sabar. Sabar itu pahalanya surga. Ramadhan adalah bulan memberi pertolongan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada Mukmin. Siapa saja yang memberi makan berbuka seseorang yang berpuasa, yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan keeselamatan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang…Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.

Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Siapa saja yang meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memnyelamatkannya dari neraka. Karena itu, perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhan kalian dan dua perkara lagi yang sangat kalian butuhkan. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan memohon ampunan-Nya. Dua perkara yang sangat kalian perlukan ialah memohon surga dan perlindungan dari neraka… (HR Ibnu Huzaimah).

Kemulian dan keistimewaan Ramadhan juga terlukis dalam hadis Nabi saw. melalui penuturan Abu Hurairah ra.:

«إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةُ وَ غُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارُ وَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ»

Jika Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka; pintu-pintu neraka ditutup; dan setan-setan dibelenggu (HR Muslim).

Derajat yang Harus Diraih

Kita patut merenungkan kembali firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (QS al-Baqarah [2]: 183).

Dari ayat ini, tanpa harus melalui pengkajian mendalam kita memahami bahwa target akhir dari pelaksanaan kewajiban shaum adalah takwa. Artinya, shaum adalah medium sekaligus momentum perubahan untuk mewujudkan individu dan masyarakat yang bertakwa.

Ayat tersebut diserukan kepada orang-orang yang beriman. Ini mengisyaratkan bahwa puasa akan mengantarkan pada ketakwaan jika dilakukan atas dorongan keimanan. Amal-amal Ramadhan akan bermakna dan berpengaruh jika didasari oleh keimanan.

Sayangnya, justru di sinilah yang menjadi kelemahan selama ini. Prosesi, ritual dan aktivitas Ramadhan sering tidak didasari oleh iman. Puasa dijalankan sering karena alasan sudah menjadi tradisi, bukan karena keimanan dan harapan akan ridha-Nya. Ramainya majelis zikir dan pengajian bisa jadi lebih karena terbawa suasana religius Ramadhan, bukan didasari oleh keyakinan bahwa semua itu adalah bagian dari kewajiban mengkaji Islam, dakwah, amar makruf nahi mungkar. Program-program religi mungkin diadakan lebih karena alasan bisnis, bukan karena keyakinan sebagai bagian dari kewajiban mewujudkan kehidupan yang islami. Penutupan tempat-tempat maksiat dan penghentian kemaksiatan pun dilakukan untuk menghormati kesucian Ramadhan karena toleransi, bukan didasari oleh keyakinan bahwa segala bentuk kemaksiatan besar ataupun kecil akan mendapatkan azab Allah kelak di akhirat.

Bisa juga Ramadhan selama ini menjadi kurang bermakna dan lemah pengaruhnya karena realitas takwa yang menjadi hikmah puasa itu sendiri belum dihayati. Ketakwaan adalah hikmah dari puasa. Mereka yang berpuasa harus senantiasa memperhatikan dan mengupayakan secara maksimal agar ketakwaan terwujud dalam dirinya. Ketakwaan adalah derajat yang paling mulia bagi hamba yang beriman. Allah SWT berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa (QS al-Hujurat [49]: 13).

Hakikat Takwa

Takwa berasal dari kata waqâ-yaqî-waqyan, yang dalam bahasa Arab diubah menjadi taqwa untuk membedakan antara isim dan sifat, yang meliputi makna: menjaga, menjauhi, takut dan berhati-hati. Dalam takwa itu rasa takut dan cinta kepada-Nya menyatu; berjalan seiring dan saling berkelindan. Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, takwa kepada Allah itu bukan dengan terus-menerus shaum di siang hari, shalat di malam hari atau sering melakukan kedua-duanya; takwa kepada Allah tidak lain adalah dengan meninggalkan apa saja yang Allah haramkan dan menunaikan apa saja yang Allah wajibkan. Siapa yang melakukan kebaikan setelah itu, itu adalah tambahan kebaikan di atas kebaikan.

Para Sahabat yang mulia, sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib kw., sering menyatakan bahwa takwa adalah:

اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَ الْعَمَلُ بِالتَنْزْيِلِ وَ اْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ

(Takut kepada Zat Yang Mahaagung; mengamalkan al-Quran; menyiapkan diri untuk menyambut datangnya hari yang kekal [akhirat]).

Dengan kata lain, takwa adalah kesadaran akal dan jiwa serta pengetahuan syar’i akan wajibnya mengambil halal-haram sebagai standar bagi seluruh aktivitas dan merealisasikannya secara praktis (’amalî) di tengah-tengah kehidupan. Nilai esensial dari seluruh ibadah wajib dan sunnah pada bulan Ramadhan ini harus mewujud dalam sebuah spektrum jiwa yang pasrah, tunduk dan sepenuhnya berjalan di bawah kesadaran ketuhanan (ihsân). Semua ini bermuara pada sebuah kesadaran bahwa Allahlah satu-satunya yang wajib disucikan (dengan hanya beribadah kepada-Nya) baik di kesunyian ataupun di keramaian; dalam kesendirian maupun berjamaah; di waktu malam ataupun siang; dalam keadan sempit atau lapang; di daratan ataupun di lautan. Semua itu mengalir sampai ujung batas kesempatan hidupnya.

Ketakwaan Personal dan Sosial

Takwa harus tercermin dalam kesediaan seorang Muslim untuk tunduk dan patuh pada hukum Allah. Kesediaan kita untuk tunduk dan patuh pada seluruh hukum syariah Islam inilah realisasi dari ketakwaan dan kesalihan personal kita.

Secara personal, hukum syariah seperti shalat, puasa, zakat, memakai jilbab, berakhlak mulia, berkeluarga secara islami; atau bermuamalah seperti jual-beli, sewa-menyewa secara syar’i dan sebagainya bisa dilaksanakan saat ini juga. Begitu ada kemauan, semua itu bisa dilakukan.

Namun, dalam konteks sosial, banyak hukum syariah yang saat ini seolah begitu sulit dilakukan, seperti:

  1. Peradilan/persanksian (misal: qishâsh, potong tangan bagi pencuri, cambuk/rajam bagi pezina, cambuk bagi peminum khamr, dsb).
  2. Ekonomi (misal: hukum tentang kepemilikan, pengelolaan kekayaan milik umum, penghapusan riba dari semua transaksi, dsb).
  3. Politik Luar Negeri (misal: dakwah ke luar negeri dan jihad/perang).
  4. Kewarganegaraan (misal: hukum tentang status kafir dzimmi, musta’min dan mu’âhad).

Kaum Muslim sesungguhnya diperintahkan untuk menjalankan semua hukum syariah tersebut. Kaum Muslim juga diperintahkan untuk memutuskan semua perkara di tengah-tengah masyarakat dengan hukum-hukum Allah. Sebagaimana hukum-hukum yang bersifat personal wajib dilaksanakan, demikian pula dengan hukum-hukum yang bersifat sosial. Hanya saja, semua hukum yang terkait dengan pengaturan masyarakat di atas adalah kewenangan penguasa/pemerintah, bukan kewenangan individual/personal. Karena itu, justru di sinilah pentingnya kaum Muslim memiliki penguasa (yakni Khalifah) dan sistem pemerintahan yang sanggup menerapkan hukum-hukum Islam di atas (yakni Khilafah). Inilah wujud ketakwaan kita secara sosial. Ketakwaan dan kesalihan sosial ini dengan sendirinya mendorong kita untuk gigih memperjuangkan penerapan semua hukum-hukum Allah terkait dengan masalah sosial kemasyarakatan tersebut.

Selama bulan Ramadhan ini, kita secara ruhiah memang dilatih untuk meningkatkan ketundukan dan ketaatan pada syariah. Pada bulan Ramadhan ini, hal-hal yang notabene biasa kita lakukan di luar Ramadhan—seperti makan, minum dan berhubungan suami-istri—ternyata bisa kita tinggalkan. Jika yang halal saja (di luar Ramadhan) bisa kita tinggalkan pada bulan Ramadhan ini, apalagi yang haram. Jika yang sunnah seperti shalat tarawih, sedekah dan sebagainya saja bisa kita lakukan, apalagi yang wajib. Artinya, dengan kemauan yang besar, semua hukum syariah yang Allah bebankan kepada kita, pasti bisa kita laksanakan. Ramadhan yang segera akan menyapa kita adalah madrasah untuk mewujudkan itu semua.

Akhirnya, marilah kira merenungkan firman Allah SWT:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ


Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, Kami akan membukakan pintu keberkahan atas mereka dari langit dan bumi
(QS al-A’raf [7]: 96).

15 Agustus 2008

TEMAN SEJATI

A friend in need is a friend indeed. Demikian pepatah dalam bahasa inggris yang sarat makna. Teman yang hadir ketika kita sedang membutuhkan kehadiran dan bantuannya adalah teman kita yang sesungguhnya, teman sejati. Teman sejati adalah teman yang menemani kita baik di kala suka maupun duka. Teman sejati adalah teman yang hadir mensupport kita di masa - masa sulit yang kita hadapi, bukan hanya hadir ketika mereka sedang membutuhkan bantuan kita.

Shadiiquka man shadaqaka; laa man shaddaqaka. Demikian pepatah dalam bahasa Arab yang bermakna dalam. Teman sejatimu adalah orang yang senantiasa berkata benar kepadamu, bukan orang yang senantiasa membenarkanmu. Teman sejati adalah teman yang berani mengatakan bahwa kita salah apabila kita melakukan kesalahan meskipun barangkali untuk itu ia memepertaruhkan pertemanannya dengan kita. Teman sejati bukanlah teman yang “asal teman senang” (meminjam istilah yang dipolulerkan Bung Karno: “Asal Bapak Senang”) yang senantiasa mengamini dan mendukung apapun yang kita lakukan meskipun ia tahu bahwa yang kita lakukan adalah salah.

Addiinu an-nashiihah. Agama adalah kesetiaan. Demikian sabda rasulullah SAW yang terkenal. Ketika beliau ditanya oleh sahabat: kesetiaan terhadap siapa, wahai Rasul?, beliau menjawab: kesetiaan kepada Allah, kepada Kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada pemimpin pemimpin umat Islam, dan kepada semua umat Islam. Dalam banyak kitab syarah hadits disebutkan bahwa an-nashiihah berarti iraadatul khair ma’al ghair; menghendaki kebaikan pada orang lain. Dari sinilah kata nasehat muncul dalam bahasa Indonesia . Ketika kita melihat ada orang orang yang kita cintai melakukan kesalahan, maka kita tidak rela mereka kekal dalam kesalahan mereka. Kita ingin mereka menjadi baik. Keinginan itu berangkat dari kesetiaan kita, cinta tulus kita yang dalam kepada mereka. Maka jadilah kita menasehati mereka, mengatakan kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah, dan pada saat yang bersamaan kita tunjukkan kepada mereka bagaimana seharusnya mereka berlaku benar. Inilah inti agama, sebagaimana sabda Rasulullah SAW di depan.

Pembaca yang budiman, dalam hidup kita sehari hari, sebagai manusia, kita tidak mungkin luput dari kesalahan; baik disengaja maupun tidak disengaja. Kebanyakan, terutama kesalahan yang tidak kita sengaja, pastilah sulit kita menyadarinya. Di sinilah dibutuhkan hadirnya orang orang di sekeliling kita yang mau meluruskan langkah kita, mau menegur dan menasehati kita. Demi masa; sesungguhnya manusia sungguh berada dalam kerugian; melainkan orang yang yang beriman, beramal kebaikan, dan mereka yang saling berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam ketakwaan.

Beruntunglah orang orang yang disatukan oleh Allah dalam sebuah pola pertemanan yang dilandasi dengan konsep konsep tersebut di atas. Sesungguhnya, ketika seluruh umat manusia menjalin hubungan antar mereka dengan konsep tersebut di atas, selesailah perang antara anak turun Adam a.s. dan anak turun Iblis laknatullah alaih, dengan kemenangan mutlak di fihak anak turun Adam a.s. Maka anak turun Iblis tidak akan pernah tinggal diam. Ketika ada seseorang melakukan kesalahan kemudian temannya berusaha menasehatinya, maka Iblis akan berusaha dengan segala macam cara untuk menghentikannya. Ia akan berusaha membisikkan kepada orang yang melakukan kesalahan, bahwa temannya yang berusaha menasehati itu sesungguhnya adalah musuhnya; ingin mencelakakannya, tidak ingin melihat ia bahagia, dst.
Kepada yang menasehati, iblis akan berusaha menghentikan usahanya, membelokkan niatannya, atau mendorong dorong ia agar ia terlalu ”bernafsu” dalam memberi nasehat; sehingga bukan nasehat dan jalan keluar dari kesalahan yang ia tawarkan kepada temannya yang sedang melakukan kesalahan, tetapi tuduhan dan penghakiman yang diterimakan. Jika yang terakhir ini yang terjadi, bukannya kebaikan yang diperoleh, justru sebaliknya: kekekalan dalam kesalahan dan terputusnya persaudaraan.

Pembaca yang budiman, marilah kita bangun persaudaraan dan pertemanan kita dengan berlandasakan asas asas pertemanan di atas; dan dalam perjalanannya, baik ketika menjadi yang dinasehati atau yang menasehati, ingatlah selalu bahwa Iblis akan senantiasa memecah belah persaudaraan kita; bagaimanapun caranya.

14 Agustus 2008

HIKMAH KESEHATAN DI DALAM SHALAT


Menurut Al-Quranul Karim, shalat adalah satu-satunya cara untuk membersihkan jiwa dan raga manusia seperti firman Allah SWT dalam Surat Al Muddatstsir ayat 4-5:

“Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.”

RAsulullah telah memberikan contoh cara shalat sebagaimana diriwayatkan oleh H.R. Bukhari:

“Shalatlah kamu sebagaimana kamu lihat aku bershalat.”

Sikap tubuh ketika melakukan salat sebagaimana telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW, adalah suatu sikap tubuh yang paling sempurna da paling ideal untuk mencapai kesempurnaan kesehatan lahiriah dan batiniah.Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan, setiap gerakan, setiap sikap, serta perubahan dalam gerak dan sikap tubuh pada waktu melaksanakan salat adalah yang paling sempurna dalam memelihara kondisi kesehatan tubuh kita. Seperti pendapat Prof. Dr. Vonschreber berikut bahwa:

Gerakan-gerakan dalam sembahyang menurut agama Islam adalah suatu cara untuk memperoleh kesehatan dalam arti kata dan pengertian yang luas sekali. Ia mencakup semua gerakan dengan tujuan untuik mempertinggi daya prestasi tubuh. Apalagi kerakan yang sama diulang sebanyak lima kali sehari. Gerakan badan yang demikian menghasilkan tubuh kita mendaptkan bentuk yang bagus dan sekaligus menjadi lembut dan lincah disamping mudah bererak serta menambah kekuatan dan daya tahan.

Berikut akan kami uraikan manfaat dari setiap gerak dan sikap badan pada waktu mengerjakan shalat sesuai yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW menurut ilmu kesehatan modern.

1. Berdiri Setelah Mengucapkan Takbiratul Ihram

Setelah mengucapkan takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan, maka sebagai tanda penghormatan terhadap Allah SWT, kedua tangan dilipat didada sedemikian rupa dengan pergelangan tangan kanan diletakkan di atas punggung tangan kiri, serta telapak tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri. Sikap tangan yang demikian ini disebut ‘Waj’alyadain ihda-huma ‘lala-ukhra” yang artinya menempatkan satu tangan di atas yang lain (bersedekap). Sikap bersedekap yang terbaik adalah seperti pendapat Imam Abu Hanifah, yaitu kedua tangan dilipat di atas daerah pusar (umbilicus) atau sedikit di bawahnya. Dan bukan di atas dada atau bahkan membiarkan kedua tangan tergantung di kedua sisi tubuh.

Sikap tangan seperti yang disarankan Imam Abu Hanifah adalah yang paling dianjurkan dalam ilmu kedokteran. Karena sikap tangan yang demikian merupakan sikap rileks atau istirahat yang paling sempurna bagi kedua tangan. Dengan posisi ini sendi siku (articulatio-cubiti) dan sendi pergelangan tangan (articulatio-metacarpalia) serta otot-otot dari kedua tangan berada dalam keadaan istirahat penuh.

Sirkulasi darah, terutama aliran darah kembali ke jantung serta produksi getah bening dan air jaringan yang terkumpul dalam kantong-kantong (bursa) kedua persendian itu, menjadi lebih baik dan lancar serta dapat menghindarkan timbulnya berbagai penyakit persendian, seperti penyakit kekakuan sendi (rematik).

Sikap tangan seperti ini tidak mengakibatkan capek, lelah atau nyeri pada kedua tangan, sehingga pemusatan pikiran kepada yang disembah dapat lebih khusyu.

2. Ruku’

Setelah mengucapkan takbir, tubuh dilengkungkan membentuk siku serta meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua lutut, sehingga belakang atau punggung dan kepala terletak pada satu garis lurus dan dagu diletakkan di atas tulang dada (sternum). Sebuah hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Al Haitsami dalam majmauz Zawaaid berbunyi sebagai berikut:

“Bila ruku, sekiranya diletakkan segelas air di atas punggung beliau, tidak akan bergerak dari tempatnya.”

Dengan sikap ruku yang demikian, maka tulang belakang (vertebrae) akan tetap berada dalam kondisi yang baik, oleh sebab persendian di antara badan-badan ruas tulang belakang (corpus vertebrae) menjadi lemah lentur, serte mencegah melekatnya tulang kelangkang (os sacrum) dan tulang tungging (os coccygeus) hal mana dapat mengakibatkan kesulitan terutama bagi wanita yang hendak melahirkan. Bila tulang belakang dan tulang tungging ini telah melekat erat satu sama lain hingga persendian di antara tulang itu telah menjadi kaku, maka ruang panggul keluar relative menjadi kecil dan sempit.

Dengan sikap ruku’ yang baik, maka otot-otot punggung dapat berkontraksi sama rata dan serentak sehingga penyakit membengkoknya tulang punggung (scoliose) yang sering timbul pada anak-anak yang disebabkan sikap duduk yang salah pada waktu menulis atau membaca dapat dihindarkan atau bahkan disembuhkan. Demikian juga dengan kelainan di mana tulang punggung terlalu melentur ke depan (lordosis) yang dapat menimbulkan penyakit albuminuria lordotica, yaitu keluarnya zat telur di dalam air kemih pada orang muda yang disebabkan oleh karena waktu berdiri ruas tulang punggungnya melengkung ke depan dan menekan buah pinggang.

3. Sujud

Setelah sikap ruku’ adalah sikap sujud, dimana jari-jari kedua tangan dan kaki nseta kedua lutut dan dahi bertumpu di atas lantai. Pada waktu melakukan sikap sujud ini, kedua tangan seharusnya diletakkan di samping atau di pinggir lutut kiri dan kanan, dan tidak di depan lutut bahkan sering diletakkan jauh ke depan, di sampng kepala. Dengan meletakkan kedua tangan di samping lutut, maka tiap kali bersujud, kemidian bangkit kembali dari sikap sujud, seluruh berat badan akan terpikul sepenuhnya oleh otot-otot kedua tangan, bahu, juga oleh otot-otot dada. Selanjutnya otot-otot perut , punggung, leher, dan otot-otot jari tangan .

Bersujud dengan meletakkan jari-jari tangan atau telapak tanan di samping lutut, kemudian semua otot tersebut diatas akan berkontraksi, hal mana mengakibatkan bukan saja otot-otot akan menjadi besar dan kuat, sehingga ketika melakukan pernafasan paru-paru akan berkembang sempurna, akan tetapi urat-urat darah sebagai pembuluh nadi (arteria) dan pembuluh darah balik (venae) serta urat-urat getah bening (lympha) akan terpijt atau terurut, sehingga peredaran darah dan lympha menjadi lancar di dalam anggota badan tersebut. Dan membantu pekerjan jantung serta menghindarkan mengerutnya dinding-dinding pembuluh darah (arteriosclerosis).

Salah satu hal yang menakjubkan dengan sikap sujud ini adalah sirkulasi atau aliran darah di dalam otak, yang mana dengan sikap sujud ini otak akan mendapat lebih banyak darah. Sehingga dinding dari urat-urat nadi otak dapat dilatih dan dibiasakan dengan menerima darah yang relative lebih banyak dari biasa, sehingga kematian yang sekonyong-konyong yang disebabkan oleh pecahnya urat-urat nadi otak (opoplexia cerebri) dapat dihindarkan. Terutama oleh emosi, amarah dan sebagainya.

4. Duduk

Sikap duduk terbagi dua: yaitu duduk antara dua sujud atau disebut duduk iftirosy, dan duduk tasyahud/tahiyat akhir yang disebut juga duduk tawarruk.

- Pada duduk iftirosy,

Pada sikap duduk ini sebenarnya kita duduk dengan otot-otot pangkal paha (musc. glutaeus maximusmedius, musc. obturator externus-internus, musc. perilormis) dimana di dalamnya terdapat salah satu saraf pangkal paha yang besar (nervus ishisdicus), diatas kedua tumit kaki kita. Tumit yang dilapisi oleh sebuah otot (musc. Triceps surae) yang berfungsi sebagai bantal, akan menekan otot-otot pangkal paha serta saraf pangkal paha yang besar itu, sehingga saraf pangkal paha ini terpijat (massage).

Pijatan ini dapat menghindarkan dan menyembuhkan suatu penyakit saraf pangkal paha (neuralgia) yang menyebabkan rasa sakit, nyeri, dan menusuk, hingga tidak dapat berjalan. Penyakit ini disebut Ischias.

Demikian pula urat-urat nadi dan pembuluh-pembuluh darah balik yang terdapat di lingkungan paha dapat terurut dan terpijat, sehingga aliran darah, terutama darah yang mengalir kembali ke jantung, dapat diperlancar, sehingga dapat menghindarkan timbulnya penyakit wasir (haemorrhoides = gembung pembuluh darah balik poros usus, lantaran pembendungan darah).

- Duduk tawarruk,

Pada sikap duduk tawarruk ini tumit kaki kiri harus menekan pada daerah perineum, yaitu daerah penutup dasar panggul (bagian tubuh depan lobang pelepasan). Sedangkan punggung kaki kanan harus diletakkan di atas telapak bagian depan kaki kiri dan tumit kaki kanan menekan pada pangkal paha (bokong) sebelah kanan, dan jari-jari kaki kanan baerdiri di atas lantai. Yang terpenting dalam sikap duduk tawarruk ini adalah bahwa kita duduk dengan daerah perineum di atas tumit kaki kiri.

Bila ditinjau dari sudut ilmu kesehatan, pijatan pada daerah perineum oleh tumit kaki kiri dalam dikap duduk tawarruk sangat besar manfaatnya bagi kesehatan laki-laki dan perempuan.

Penyakit-penyakit seperti wasir yang sering diderita oleh wanita hamil disebabkan oleh tekanan kepala bayi terhadap pembuluh-pembuluh darah di daerah pelepasan, maupun di bibir besar dan kecil kamaluan (labia majora et minora), maupun penyakit tersembul keluarnya seluruh dinding liang dubur (prolapsusrecti), atau rahim tersembul keluar (prolapsus uteri), atau liang sanggama yang tersembul keluar (prolapsus vaginae) dan dubur tersembul keluar (prolapsus ani). Dengan adanya pijatan oleh tumit pada daerah perineum ini, kekenyalan dan kelenturan otot-otot di daerah perineum yang menjadi berkurang akibat proses kelahiran bayi, dapat dikembalikan secara alamiah.

Bagi kaum pria, sikap duduk tawarruk memberikan manfaat bagi kesehatan di bagian anggota kelamin yang penting. Misalnya pijitan pada aliran kandung kemih (urethra), dapat memperkuat otot-otot dinding saluran kamih dan mempermudah pembuangan air kecil dan menghilangkan sumbatan-sumbatan (stricture) yang ada di dalam saluran ini. Pijatan pada kelenjar alat kelamin laki-laki (prostate), dapat menghindarkan penyakit pembengkakan kelenjar kelamin (hypertrophia prostate) yang sering diderita laki-laki berusia di atas 40 tahun.

Pijatan pada pembuluh tempat keluarnya mani (vas deferens), akan memperlancar aliran mani bila saluran ini tersumbat sehingga mani sedikit atau tidak ada yang dipancarkan (azoospermia = aspermatismus). Pijatan pada daerah bulbus corporis cavernosa, menyebabkan bagian kemaluan laki-laki ini dapat terisi lebih banyak darah, sehingga batang dan terutama zakar (glanspenis) menjadi lebih keras dan kencang.

Pijatan terhadap testis dan epididymis merangsang kedua anggota kemaluan laki-laki ini memproduksi lebih banyak mani yang sehat dan hidup, terutama bila pria tersebut mandul karena mani yang dipancarkan tidak mengandung sel mani yang hidup (necrospermia).

Selanjutnya sikap jari kaki kanan yang berdiri di atas lantai sewaktu duduk tawarruk , menguatkan otot-otot dari kedua telapak kaki, sehingga menghindarkan timbulnya penyakit kaki bertelapak rata (pes-planus), di mana seluruh telapak kedua kaki menapak rata ke tanah. Hal ini dapat menimbulkan perasaan pegal, linu, sakit dan cepat lelah pada kedua kaki.

5. Salam

Akhirnya, sambil membaca salam Assalamu ’alaikum warahmatullohi wabarakatuh, kepala dipalingkan sejauh mungkin ke kanan dan ke kiri. Sikap demikian sangat menguatkan otot-otot leher dan kuduk. Kontraksi otot-otot pada daerah ini memperlancar sirkulasi darah terutama untuk mengeluarkan za-zat racun yang terdapat di dalam otot kepala yaitu melkzuur = acidum lacticum, yang menyebebkan perasaan capek, kaku, dan linu di bagian kepala.

Semua penyakit-penyakit yang di sebutkan di atas, dapat dihindarkan dengan sikap shalat yang benar dan dengan pengulangan-pengulangan pada setiap rakaat, serta perubahan-perubahan sikap dalam shalat yang menyebabkan otot-otot berkontraksi. Kontraksi otot-otot ini diperlukan untuk rehabilitasi dan perbaikan hjaringan-jaringan yang rusak, oleh proses pemisahan adenosine-triphosphorzuur menjadi adenosine dan diphosphorzuur.

06 Agustus 2008

Cinta dan Perkawinan



Plato bertanya akan cinta dan kehidupan …
Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya? Gurunya menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian
ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta” .

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?” Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja,dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)”.

Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya”

Gurunya kemudian menjawab ” Jadi ya itulah cinta”

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,”Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”

Gurunya pun menjawab “Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan”

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?”

Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”
Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan”

NOTE
Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan… tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali.

Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.

Pernikahan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kita mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kita dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan pernikahan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya

31 Juli 2008

PENTINGNYA MEMBANGUN KOMUNIKASI


Komunikasi langkah awal memecahkan masalah

Sebagai makhluk sosial, maka komunikasi adalah suatu hal yang penting.Komunikasi akan membentuk hubungan satu sama lain, membangun hubungansatu sama lain. Dengan komunikasi itu pula, kepercayaan antara satudengan yang lain dapat ditumbuhkan. Komunikasi adalah awal dari suatulangkah untuk melakukan pemecahan masalah yang kita hadapi.Seorang dokter berkomunikasi dengan pasiennya dalam rangka ingin memecahkan masalah yang dihadapi oleh pasien. Sudah pasti antara dokter dan pasien ini harus terbangun komunikasi yang baik.Bagaimana seandainya komunikasi itu tidak terbangun dengan baik atau malah terputus ? Beberapa tahun yang lalu kita mendengar Kabel komunikasi bawah laut terputus karena suatu hal, apa dampak yang muncul ? Orang-orang tidak dapat melakukan komunikasi dengan baik, karena kabel penghubung untuk melakukan komunikasi itu tidak ada, alias rusak.Salah melakukan komunikasi akan berakibat fatal. Suatu bisnis sudah lama terbentuk dapat hancur karena komunikasi yang salah yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan konsumennya atau dengan perusahaan lainnya. Sehingga komunikasi sangat menentukan sekali nasib perkembangan suatu perusahaan ke depan.Agar komunikasi yang kita lakukan merupakan komunikasi yang baik, maka ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika kita melakukan komunikasi. Antara lain adalah sebagi berikut.
Berkomunikasi dengan jelas
Tujuan dasar komunikasi itu sendiri adalah untuk menyampaikan sesuatu ke lawan komunikasi kita dengan maksud agar sesuatu itu tersampaikan dengan baik. Karena itu isi dari komunikasi itu harus dapat tersampaikan dengan baik dan jelas. Kita sampaikan sesuai dengan kemampuan lawan bicara kita dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti. Tidak menimbulkan pemahaman-pemahaman yang akan menimbulkan maksud yang lain.
Berkomunikasi sesering mungkin
Berkomunikasi pun perlu dibangun sesering mungkin. Dengan komunikasi ini pemahaman lawan bicara kita dapat kita bangun sedikit demi sedikit. Bertahun-tahun Rasulullah SAW membangun komunikasi dengan para sahabat untuk memberikan pemahaman tentang Al-Quran. Memberikan penjelasan sesuatu dan kemudian anda menginginkan lawan bicara anda langsung paham dengan apa yang anda maksudkan adalah kesalahan besar. Bisa jadi lawan bicara anda paham dengan apa yang anda sampaikan, akan tetapi tidak sesuai dengan harapan yang anda inginkan.Karena itu syarat agar komunikasi kita menjadi optimal adalah melakukannya berulang-ulang dan sesering mungkin.
Dengarkan dengan baik
Menjadi pendengar yang baik adalah salah satu kunci keberhasilan dari komunikasi yang akan anda bangun. Dengarkan apa yang diungkapkan oleh lawan bicara anda, sehingga anda akan menangkap apa yang tersimpan di dalam fikiran lawan bicara anda. Komunikasi adalah suatu proses dua arah, ada yang memberikan informasi dan ada yang menerima informasi.Seorang dokter yang baik adalah yang dia bisa mendengarkan keluhan si pasien dengan baik. Mendengarkan keluhan-keluhannya dengan baik, dan akhirnya memberikan solusi yang paling tepat buat si pasien.Memahami lawan bicara dengan baik, sebelum mereka memahami kitaSalah satu kesuksesan komunikasi adalah ketika kondisi, sifat atau karakter lawan komunikasi kita, kita pahami dengan baik. Kita tahu apa kebutuhan dan apa kesulitan lawan bicara kita. Apa yang diperlukan apa yang tidak diperlukannya. Sehingga kita akan tahu, apa alasan utama ketika lawan bicara kita mengungkapkan sesuatu yang bisa jadi tidak sepaham dengan keinginan kita. Tanpa paham kondisi lawan bicara kita, solusi yang akan kita dapatkan jauh dari apa yang kita harapkan.Mempunyai poin dan goal yang samaKomunikasi tanpa melakukan poin dan goal yang sama akan memberikan komunikasi yang tanpa arah. Karena itu ketika kita melakukan komunikasi definisikan dengan jelas. Untuk apa anda berkomunikasi ? Definisikan dengan jelas, poin apa yang anda kehendaki. Sampaikan poin dan goal kepada lawan komunikasi anda, sehingga komunikasi anda akan selesai sesuai dengan keinginan anda dan lawan bicara anda.